Blog

osteoporosis

Osteoporosis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Osteoporosis terjadi ketika berkurangnya kepadatan tulang secara perlahan. Hal ini menyebabkan tulang menjadi rapuh, sehingga rentan terjadi patah tulang yang sering terjadi di tulang belakang, pergelangan tangan, dan panggul.

Tulang adalah jaringan hidup yang dipecah dan diganti secara terus-menerus. Pembentukan tulang baru yang tidak diikuti hilangnya tulang yang lama disebut sebagai osteoporosis. Apa penyebab dan gejala osteoporosis, serta bagaimana mengobati dan mencegahnya? Berikut penjelasannya.

Penyebab dan Gejala Osteoporosis

Dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, osteoporosis terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Osteoporosis primer. Terjadi pada wanita yang sudah menopause dan wanita atau pria berusia lanjut. Jenis osteoporosis ini disebabkan karena berkurangnya hormon estrogen pada usia lanjut atau setelah menopause, sehingga memicu pengeroposan tulang.
  • Osteoporosis sekunder, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit atau kelainan tertentu, efek tindakan operasi, atau pemberian obat.

Secara umum, osteoporosis disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam mengganti tulang yang lama, sehingga kepadatan tulang berkurang. Kondisi ini umumnya terjadi pada seseorang yang sudah memasuki usia 35 tahun.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis, seperti gangguan hormon, jarang berolahraga, kekurangan vitamin D, kebiasaan merokok, serta konsumsi obat-obatan tertentu.

Osteoporosis biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini umumnya diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Seiring dengan berkurangnya kepadatan tulang, penderita bisa mengalami beberapa gejala berikut:

  • Nyeri punggung yang biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang.
  • Mudah mengalami patah tulang, meski hanya disebabkan oleh benturan ringan.
  • Tinggi badan berkurang.
  • Postur badan membungkuk.

Pengobatan dan Pencegahan Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis dilakukan untuk mencegah terjadinya patah tulang atau tulang retak. Jika penderita osteoporosis berisiko tinggi mengalami patah tulang, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang, seperti:

  • Denosumab. Obat ini bermanfaat untuk meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko terjadinya semua jenis patah tulang.
  • Bifosfonat. Obat ini biasanya diresepkan pada laki-laki dan wanita yang memiliki risiko mengalami patah tulang.
  • Obat pembentuk tulang. Obat ini diberikan pada penderita osteoporosis parah jika perawatan umum tidak bekerja dengan baik.
  • Terapi hormon. Terapi ini dilakukan segera setelah menopause untuk membantu menjaga kepadatan tulang.

Selain obat-obatan di atas, penderita osteoporosis juga bisa diberikan obat yang membantu meningkatkan pembentukan tulang, seperti abaloparatide dan teriparatide. Pasien juga akan dianjurkan untuk mengurangi aktivitas yang bisa menyebabkannya terjatuh atau cedera.

Osteoporosis memang merupakan penyakit yang sulit dicegah. Namun, Anda bisa menurunkan risikonya dengan berhenti merokok, berolahraga secara teratur, melakukan pemeriksaan tulang secara berkala jika sudah menopause, dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D dan kalsium, misalnya susu sapi dan susu kedelai, atau suplemen kalsium sesuai dengan anjuran dokter.

Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, yaitu:

1. Diet

Menerapkan diet dengan meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D dapat membantu memperkuat tulang penderita osteoporosis. Orang yang hanya mendapatkan kurang dari setengah kalsium yang mereka butuhkan, memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis.

Untuk mencukupi kebutuhan kalsium harian, Anda bisa mengonsumsi susu rendah lemak, keju, yoghurt, jus jeruk, sereal, dan roti. Vitamin D juga dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Oleh karena itu, penderita osteoporosis dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D.

2. Berolahraga secara teratur

Ada beberapa jenis olahraga yang direkomendasikan untuk penderita osteoporosis, yaitu:

  • Berjalan.
  • Joging.
  • Angkat beban.
  • Mendaki.
  • Tenis.
  • Naik tangga.
  • Dansa.

3. Gaya hidup

Untuk mencegah osteoporosis, Anda perlu menerapkan gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Faktor Risiko Osteoporosis

Seseorang dapat berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis karena beberapa faktor, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak bisa dimodifikasi. Berikut beberapa faktor risiko yang bisa dimodifikasi:

  • Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan, pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penyakit tulang ini. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal.
  • Konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.
  • Anoreksia nervosa. Ketika seseorang mengalami anoreksia, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk membantu menjaga kepadatan tulang.
  • Kurangnya aktivitas fisik.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu.
  • Merokok.
  • Konsumsi alkohol.

Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu:

  • Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis dibandingkan laki-laki.
  • Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan.
  • Usia. Osteoporosis termasuk penyakit degeneratif yang menyerang individu dengan usia lanjut atau 40 tahun ke atas.
  • Riwayat keluarga dengan osteoporosis.
  • Perempuan Kaukasia dan Asia merupakan etnis yang memiliki risiko paling tinggi terkena osteoporosis.

Diagnosis Osteoporosis

Untuk mendiagnosis osteoporosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat medis secara menyeluruh. Selain itu, juga dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus.

Jika dokter mendiagnosis massa tulang yang rendah, mungkin akan dilakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang. Misalnya, osteomalasia, yaitu penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal), atau hiperparatiroidisme (aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid).

Densitometri tulang umumnya dilakukan pada wanita yang memasuki usia menopause. Ada beberapa jenis densitometri tulang yang digunakan untuk mendeteksi keropos tulang di berbagai area tubuh.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi osteoporosis, antara lain Dual-energy x ray absorptiometry (DEXA) yang merupakan salah satu metode yang paling akurat, photon absorptiometri tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG. Namun, dokter akan menentukan metode apa yang paling cocok untuk pasien.

Komplikasi Osteoporosis

Salah satu komplikasi osteoporosis yang paling serius adalah patah tulang belakang atau pinggul. Patah tulang pinggul bisa disebabkan karena sering jatuh. Kondisi ini mengakibatkan kecacatan dan bahkan meningkatkan risiko kematian dalam tahun pertama setelah cedera.

Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang dapat terjadi bahkan jika tidak jatuh. Tulang-tulang yang membentuk tulang belakang (vertebra) bisa melemah hingga kolaps, yang dapat menyebabkan nyeri punggung, kehilangan tinggi badan, dan postur membungkuk ke depan.

Kapan Harus ke Dokter?

Seseorang perlu segera memeriksakan kesehatan tulang ke dokter jika sudah berisiko tinggi mengalami osteoporosis. Kelompok individu yang lebih rentan mengalami osteoporosis adalah orang yang sudah memasuki masa menopause atau berusia lanjut.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout