Blog

Apa itu Stunting? Ini Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Apa itu stunting? Keadaan ini terjadi ketika pertumbuhan anak terhambat. Hal ini ditandai dengan tubuh anak yang pendek. Ketahui lebih lanjut mengenai stunting dan pemicunya.

Stunting dipicu oleh malnutrisi berkepanjangan, sehingga tinggi badan anak di bawah standar. Jika tidak ditangani secepatnya, keadaan ini bisa berdampak jangka panjang. Lalu, apa itu stunting, faktor risiko, dan gejalanya? Berikut informasi selengkapnya.

Faktor Risiko Stunting

Selain malnutrisi berkepanjangan, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko stunting, yaitu:

  • Bayi tidak menerima ASI eksklusif.
  • Gizi MPASI yang diterima bayi berkualitas buruk.
  • Intrauterine growth restriction (UGR).
  • Berat badan ibu hamil sulit naik.
  • Hidup di lingkungan yang tidak bersih atau tidak ada akses air bersih.
  • Mengidap penyakit yang menghambat penyerapan nutrisi, misalnya anemia, infeksi kronis, penyakit jantung bawaan, sindrom malabsorbsi, dan penyakit TBC.

Gejala Stunting pada Anak

Dikutip dari Kemenkes RI, stunting pada anak dilihat dari tinggi badannya yang di bawah normal. Selain itu, ada ciri-ciri stunting pada anak lainnya, yaitu:

  • Anak rentan terkena penyakit.
  • Pertumbuhan lambat.
  • Tidak mampu fokus atau mengingat.
  • Berat badan sulit naik.
  • Perkembangan tubuh lambat.

Untuk memastikan tinggi badan anak normal atau tidak, Anda sebaiknya melakukan pemeriksaan berkala ke dokter spesialis anak, puskesmas, atau posyandu.

Dampak Stunting pada Anak

Stunting adalah pertumbuhan yang lambat akibat malnutrisi gizi berkepanjangan. Keadaan ini berisiko mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak stunting jangka pendek adalah terhambatnya perkembangan otak dan pertumbuhan fisik anak. Jika stunting tidak ditangani dengan tepat, bisa memicu dampak jangka panjang, yaitu:

  • Daya tahan tubuh lemah, sehingga rentan sakit.
  • Perkembangan kognitif anak terhambat.
  • Kesulitan belajar.
  • Obesitas.
  • Penyakit pembuluh darah.
  • Penyakit jantung.
  • Perkembangan saraf terhambat.
  • Kecerdasan menurun.

Penanganan Stunting pada Anak

Dikutip dari Kemenkes RI, kunci untuk mencegah stunting adalah pola asuh, kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, dan asupan gizi yang cukup. Pola asuh mencakup ASI eksklusif selama 6 bulan dan MPASI hingga anak berusia 2 tahun. World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang optimal untuk bayi usia 6-23 bulan, yaitu serealia, produk olahan susu, kacang-kacangan, telur atau sumber protein lain, dan makanan tinggi vitamin A.

Selain itu, ada sejumlah penanganan medis yang diterapkan untuk menangani stunting, yaitu:

  • Memastikan kebutuhan gizi anak tercukupi, misalnya protein hewani, lemak, kalori, vitamin A, kalsium, zat besi, zinc, dan yodium.
  • Menyembuhkan penyakit yang memicu stunting, misalnya pengobatan tuberkulosis untuk penderita TBC.
  • Merekomendasikan keluarga untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih, serta kualitas sanitasi yang baik di rumah.

Pencegahan Stunting

Beragam upaya bisa diterapkan untuk mencegah dampak stunting jangka panjang, yaitu:

  • Kebutuhan gizi ibu tercukupi sebelum dan selama hamil.
  • Kebutuhan gizi bayi tercukupi, misalnya ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang optimal.
  • Anak menerima imunisasi lengkap.
  • Menerapkan pola hidup sehat dan bersih, misalnya kualitas sanitasi yang baik di rumah dan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  • Melakukan pemeriksaan berkala ke dokter yang mencakup kehamilan, pertumbuhan, dan perkembangan anak setelah lahir.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout