Blog

Ciri-Ciri Hipotermia pada Bayi yang Perlu Diwaspadai

Ciri-Ciri Hipotermia pada Bayi yang Perlu Diwaspadai

Tidak hanya orang dewasa, hipotermia juga rentan dialami bayi. Mengenali ciri-ciri hipotermia pada bayi penting untuk mencegah komplikasi yang membahayakan nyawa.

Hipotermia pada bayi tidak boleh dianggap sepele, karena bisa fatal jika terlambat ditangani. Apa ciri-ciri hipotermia pada bayi dan penanganannya? Simak informasi selengkapnya di artikel ini.

Ketahui Ciri-Ciri Hipotermia pada Bayi

Selain suhu yang turun signifikan, berikut sejumlah ciri hipotermia pada bayi yang perlu diwaspadai:

1. Ciri-ciri hipotermia ringan

  • Nafsu makan memburuk, sehingga tidak mau menyusu.
  • Menggigil.
  • Lemah.
  • Kulit pucat atau kemerahan.
  • Susah bernapas.
  • Hampir tidak kuat menangis.
  • Hipoksia.

2. Ciri-ciri hipotermia sedang

  • Sulit bergerak.
  • Sulit mengeluarkan suara.
  • Menggigil terus-menerus.

3. Ciri-ciri hipotermia berat

  • Penurunan berat badan.
  • Pupil melebar.
  • Kesadaran berkurang.
  • Tidak aktif.
  • Denyut nadi sulit dideteksi.
  • Detak jantung bayi di bawah 60.

Jika Anda menemukan ciri-ciri di atas, sebaiknya bawa bayi ke dokter untuk diperiksa menyeluruh, sehingga ditentukan penyebabnya dan diberikan penanganan medis yang sesuai kondisi bayi.

Penyebab Hipotermia pada Bayi

Hipotermia pada bayi dapat dipicu oleh beragam hal. Berikut di antaranya:

  • Cuaca dingin yang ekstrem.
  • Setelah lahir, bayi tidak dikeringkan.
  • Menghabiskan waktu di dalam air dingin.

Penyebab utama hipotermia pada bayi adalah belum mampu mengatur atau melakukan beragam upaya mandiri untuk mengembalikan suhu tubuh normalnya. Untuk mengantisipasinya, orang tua dianjurkan untuk rutin menghangatkan bayi, misalnya dengan memberikannya paparan sinar matahari pagi.

Cara Menangani Hipotermia pada Bayi

Meski kasusnya tidak banyak, hipotermia adalah kondisi yang fatal pada bayi. Dikutip dari Healthline, penelitian menunjukkan bahwa bayi yang terkena hipotermia berisiko meninggal dibandingkan bayi yang tidak terkena hipotermia. Penggunaan oksigen dibutuhkan ketika bayi terkena hipotermia. Meski demikian, upaya ini berisiko memberi tekanan yang tinggi pada tubuh bayi.

Pertolongan awal hipotermia pada bayi adalah mengukur suhu tubuhnya. Upaya ini diterapkan untuk mengetahui kondisi bayi agar bisa ditangani dengan tepat.

Ketika bayi terkena hipotermia, ada sejumlah upaya yang tidak dianjurkan, seperti memberikan pakaian yang tebal atau mendekapnya. Oleh karena itu, pertolongan awal hipotermia pada bayi dibutuhkan agar tidak menimbulkan sejumlah komplikasi yang membahayakan nyawanya, yaitu:

  • Kesulitan bernapas.
  • Infeksi.
  • Pembekuan darah.
  • Kematian.

Dikutip dari Stanford Children’s Health, pastikan kulit bayi tetap kering dan hangat dengan selimut atau menyentuh kulit bayi secara langsung. Anda juga dianjurkan untuk memasang lampu atau bed warmer agar bayi tetap hangat.

Sebaiknya, keringkan jika pakaian bayi basah dan hangatkan dengan handuk. Selanjutnya, lakukan sentuhan skin to skin dengan bayi sambil diselimuti dan diberi susu agar bayi memiliki energi untuk menghasilkan panas.

Panas tubuh yang cepat berkurang membuat bayi berisiko terkena hipotermia. Oleh karena itu, hangatkan bayi dengan baju yang tebal dan pastikan kebutuhan cairan tubuhnya tercukupi. Setelah itu, bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Pencegahan dini hipotermia pada bayi penting diterapkan untuk mengurangi komplikasi yang membahayakan nyawanya. Jangan ragu untuk ke dokter jika Anda menduga ada ciri-ciri yang mencurigakan pada bayi.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout