3 Cara Mengobati Usus Buntu Tanpa Operasi
Usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu yang bisa memicu gangguan pencernaan. Usus buntu diketahui tidak memiliki fungsi, namun bisa membahayakan nyawa jika tidak segera ditangani. Apa penyebab dan cara mengatasi usus buntu?
Usus buntu dapat berisiko pecah dan menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat. Meski demikian, usus buntu bisa diobati. Berikut penyebab dan cara mengatasi usus buntu tanpa operasi yang perlu Anda ketahui.
Penyebab Radang Usus Buntu
Hingga saat ini, penelitian belum bisa memastikan penyebab usus buntu. Namun, para ahli percaya bahwa usus buntu bisa disebabkan oleh penyumbatan. Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh gumpalan feses, garam kalsium dan feses, atau pada kasus yang jarang, bisa ditimbulkan oleh tumor. Saat tersumbat, bakteri bisa tumbuh dan berkembang, sehingga menyebabkan peradangan dan infeksi.
Kondisi ini membuat usus buntu membengkak dan terisi nanah. Jika usus pecah, bakteri dapat menyebar dan menyebabkan infeksi ke seluruh tubuh. Penyebab lainnya adalah lymphoid hyperplasia yang terkait dengan penyakit peradangan, serta infeksi, seperti penyakit Crohn, campak, amebiasis, infeksi pernapasan, gastroenteritis, dan mononukleosis.
Cara Mengobati Usus Buntu Tanpa Operasi
Usus buntu yang tergolong tidak parah bisa ditangani tanpa bantuan operasi. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Mengonsumsi antibiotik
Jika kasus usus buntu tidak parah, yang berarti organ belum pecah, maka bisa diobati dengan antibiotik. Pengobatan bisa dilakukan dengan menggunakan antibiotik untuk usus buntu dan obat-obatan lain untuk meredakan gejala. Obat yang bisa diberikan, antara lain amoksisilin yang dikombinasikan dengan asam klavulanat beserta sefotaksim atau fluoroquinolon. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat seperti metronidazole atau tinidazole.
Efektivitas antibiotik untuk mengobati usus buntu telah dibuktikan pada beberapa penelitian. Salah satunya, penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of American Medical Association. Sebanyak 99,6 persen dari total 530 peserta yang mengidap radang usus buntu akut melaporkan rasa sakit yang berkurang setelah 10 hari diberi antibiotik.
2. Mengonsumsi makanan tinggi serat
Sebagian besar kasus usus buntu disebabkan oleh penumpukan feses yang mengeras, yang merupakan tanda dari konstipasi atau sembelit. Oleh karena itu, penderita usus buntu sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi serat. Studi yang diterbitkan oleh International Journal of Food Science and Nutrition pada 2000 menemukan bahwa asupan serat yang rendah dapat memicu terjadinya usus buntu. Beberapa jenis makanan yang tinggi serat, antara lain brokoli, tomat, wortel, kacang polong, dan mentimun.
3. Perawatan di rumah untuk mempercepat pemulihan
Jika Anda sudah menjalani operasi usus buntu, maka diperlukan perawatan yang tepat di rumah agar lebih efektif. Jika tidak, maka luka bekas operasi bisa menimbulkan komplikasi pasca operasi usus buntu, salah satunya perdarahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama masa pemulihan tubuh dari usus buntu, antara lain:
- Beristirahat yang cukup untuk meningkatkan sistem imun dalam menyembuhkan infeksi maupun mencegah terjadinya infeksi.
- Menghindari aktivitas berat atau membuat Anda banyak bergerak, seperti olahraga setelah operasi usus buntu. Anda baru bisa melakukan aktivitas ini setelah 2 hingga 6 minggu setelah operasi.
- Mengikuti pola makan yang diterapkan oleh dokter atau ahli gizi agar tidak memperberat kinerja usus.