Insomnia: Gejala, Penyebab, dan Penanganan
ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty
Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat penderitanya sulit tidur, sulit tidur nyenyak, atau terbangun mendadak di malam hari. Jika tidak ditangani dengan tepat, insomnia berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan menurunkan kualitas hidup.
Insomnia bisa bersifat akut yang disebabkan oleh stres atau bersifat kronis yang berlangsung lama dan disebabkan oleh penyakit tertentu atau efek samping obat-obatan. Simak informasi selengkapnya mengenai penyebab, gejala, dan penanganan insomnia di artikel ini.
Gejala Insomnia
Sulit tidur adalah gejala utama insomnia. Selain itu, ada beragam gejala yang muncul akibat insomnia, yaitu:
- Sulit memulai tidur di malam hari.
- Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari.
- Tubuh lelah saat bangun tidur.
- Kerap terbangun tengah malam atau bangun sangat pagi.
- Depresi, mudah marah, atau cemas.
- Penurunan daya ingat.
- Sulit fokus.
- Sakit kepala.
- Kekhawatiran tentang tidur.
Jika Anda ragu atau khawatir mengenai gejala yang tidak disebutkan sebelumnya, konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
Penyebab Insomnia
Agar bisa ditangani dengan tepat, penting untuk mengenali penyebab insomnia. Berikut beragam kondisi yang bisa menyebabkan insomnia:
- Kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol. Kafein bersifat stimulan yang membuat Anda terjaga dan sulit tidur. Sedangkan alkohol membuat Anda sulit tidur nyenyak.
- Merokok. Seperti halnya kafein, kandungan nikotin dalam rokok menyebabkan Anda sulit tidur.
- Stres. Mulai dari pekerjaan, keuangan, atau, kesehatan, membuat Anda terjaga semalaman, sehingga sulit tidur.
- Pertambahan usia. Ketika memasuki usia, ada beragam perubahan yang dialami, misalnya pola tidur, aktivitas, dan kondisi kesehatan. Oleh karena itu, lansia dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat agar bisa tidur nyenyak.
- Perubahan jadwal aktivitas. Jam biologis mengatur kapan waktu tidur dan bangun, suhu tubuh, dan metabolisme tubuh. Ketika jam biologis terganggu, misalnya karena perubahan jadwal kerja, bisa menyebabkan insomnia.
- Pola tidur yang buruk. Misalnya, jadwal tidur yang tidak teratur, suasana tidur yang tidak nyaman, atau melakukan aktivitas selain tidur di tempat tidur, bisa menyebabkan insomnia.
- Makan berat di malam hari. Makan berat sebelum tidur bisa menimbulkan sensasi terbakar di dada atau muntah yang menyebabkan insomnia, terutama pada penderita GERD.
- Gangguan mental. Misalnya, depresi, gangguan kecemasan, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Jika Anda mengalami gejala gangguan kesehatan mental, konsultasikan ke dokter untuk penanganan yang tepat.
- Penyakit tertentu. Misalnya, diabetes, kanker, penyakit jantung, penyakit kronis, Parkinson, dan Alzheimer, bisa menyebabkan insomnia.
- Penggunaan obat-obatan tertentu. Obat tertentu dapat menyebabkan sulit tidur, misalnya obat untuk tekanan darah dan asma, antidepresan, serta obat flu, alergi, dan pereda rasa sakit.
Komplikasi Insomnia
Jika tidak ditangani dengan tepat, insomnia bisa berdampak buruk untuk kesehatan fisik dan mental, sehingga menurunkan kualitas hidup penderitanya. Berikut komplikasi insomnia yang perlu diwaspadai:
- Gangguan kesehatan mental, misalnya gangguan kecemasan dan depresi.
- Penurunan prestasi di sekolah atau tempat kerja.
- Kemampuan merespons melambat, sehingga berisiko kecelakaan.
- Penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (hipertensi) akibat perubahan jam biologis tubuh.
Diagnosis Insomnia
Sebelum mendiagnosis insomnia, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan riwayat kesehatan keluarga. Selanjutnya, pemeriksaan fisik akan dilakukan oleh dokter untuk memastikan penyebab insomnia yang Anda alami. Setelah itu, dokter bisa melakukan pemeriksaan organ jantung dan paru-paru untuk mendeteksi faktor risiko insomnia lain yang Anda alami.
Selain itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan lain, yaitu:
- Aktigrafi untuk mengevaluasi kualitas tidur Anda.
- Penelitian terhadap gangguan tidur, misalnya sleep apnea, penyakit ritme sirkadian, dan narkolepsi yang mungkin dialami.
- Tes darah, untuk mendeteksi gangguan kelenjar tiroid dan gangguan kesehatan lain yang mungkin menyebabkan insomnia yang dialami.
Penanganan Insomnia Secara Medis
Ada beberapa penanganan yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi insomnia, yaitu:
- Pemberian obat
Obat tidur yang sesuai jenis insomnia yang dialami akan diresepkan oleh dokter. Namun, Anda dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui manfaat dan efek samping sebelum mengonsumsi obat tidur.
Dikutip dari National Heart, Lung, and Blood Institute, ada beragam jenis obat tidur yang diberikan untuk mengatasi insomnia:
- Benzodiazepine receptors agonists, misalnya zaleplon, zolpidem, dan eszopiclone.
- Benzodiazepine, untuk mengembangkan pola tidur yang baik.
- Orexin receptor antagonists, misalnya suvorexant.
- Melatonin receptor agonists, misalnya ramelteon.
2. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif adalah pilihan penanganan insomnia lainnya. Terapi ini dilakukan selama 6-8 minggu dan bertujuan untuk memungkinkan Anda cepat mengantuk dan tidur dengan durasi yang lebih panjang. Berikut tahapan terapi untuk penanganan insomnia:
- Terapi kognitif, untuk merilekskan tubuh dan pikiran, serta membangun pikiran positif saat tidur.
- Terapi mengontrol stimulus, untuk memudahkan Anda waktu bangun dan tidur yang sama setiap hari.
- Terapi pembatasan tidur, untuk membatasi waktu yang dihabiskan di tempat tidur.
- Terapi meditasi dan relaksasi, untuk melatih Anda tidur lebih cepat.
- Pembelajaran untuk tidur, untuk mengembangkan kebiasaan tidur yang baik.
Penanganan Insomnia di Rumah
Selain penanganan medis, perubahan gaya hidup penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas tidur. Berikut gaya hidup sehat yang perlu dikembangkan:
- Rutin berolahraga dan beraktivitas fisik untuk memudahkan Anda tidur nyenyak di malam hari.
- Membentuk pola tidur yang teratur, misalnya membuat jadwal tidur dan mematuhinya.
- Membatasi jam tidur siang.
- Hindari mengonsumsi obat yang dapat menyebabkan sulit tidur.
- Hindari mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol menjelang tidur.
- Tidak merokok, karena kandungan nikotin dalam rokok bisa menyebabkan sulit tidur.
- Hindari makan berat mendekati jam tidur.
- Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya mengatur suhu dan pencahayaan, serta mematikan lampu.
- Pastikan tubuh dan pikiran rileks sebelum tidur, misalnya dengan menghirup uap aromaterapi, meditas, atau minum susu hangat.
- Hindari melakukan aktivitas selain tidur di atas tempat tidur.
- Jika Anda mengalami gejala-gejala insomnia yang disebutkan sebelumnya, konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Lakukan gaya hidup sehat di atas secara konsisten agar pengobatan insomnia yang dijalankan menjadi lebih optimal. Dengan begitu, kualitas tidur bisa diperbaiki dan Anda bisa beraktivitas secara nyaman.
Jika ada pertanyaan terkait pencegahan dan penanganan insomnia, konsultasikan ke dokter untuk diberikan saran dan rekomendasi yang sesuai kondisi Anda.