Stunting: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan
ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty
Stunting adalah keadaan ketika tinggi badan anak berada di bawah standar usianya akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Dikutip dari World Health Organization (WHO), stunting dipicu oleh sejumlah faktor, misalnya malnutrisi, stimulasi psikososial yang tidak mendukung, dan kerap terkena infeksi.
Menurut WHO, kasus stunting di Indonesia adalah ketiga tertinggi di Asia Tenggara. Oleh karena itu, hingga saat ini, stunting adalah masalah yang perlu segera ditangani di Indonesia. Apa penyebab dan gejala stunting, serta bagaimana cara menanganinya? Berikut informasi selengkapnya.
Penyebab dan Faktor Risiko Stunting
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi jangka panjang sejak bayi masih dalam kandungan atau malnutrisi selama periode tumbuh kembang anak. Selain itu, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko stunting pada anak, yaitu:
- Hidup di lingkungan yang tidak bersih atau tidak mendapatkan akses air bersih.
- Tidak mendapatkan akses pendidikan.
- Tubuh atau perawakan pendek.
- Intrauterine growth restriction (IUGR).
- Kemiskinan.
- Berat badan ibu hamil sulit naik.
Ada beberapa kondisi tertentu pada anak yang juga berisiko terkena stunting, yaitu:
- Penderita penyakit yang memicu terhambatnya penyerapan nutrisi, misalnya anemia, infeksi kronis, penyakit jantung bawaan, sindrom malabsorbsi, dan penyakit TBC.
- Bayi tidak menerima ASI eksklusif.
- Gizi MPASI yang diterima bayi berkualitas buruk.
- Anak ditelantarkan.
Gejala Stunting
Banyak orang tua yang tidak menyadari tubuh anak yang pendek sebagai gejala stunting. Namun, sejumlah gejala stunting bisa terlihat ketika anak berusia 2 tahun, yaitu:
- Gangguan tumbuh kembang anak.
- Rentan sakit.
- Gangguan belajar.
- Pertumbuhan tulang lambat.
- Berat badan anak di bawah normal.
- Tinggi badan anak di bawah normal.
Selain itu, jika anak mengidap penyakit kronis, biasanya ditandai dengan gejala stunting berikut:
- Sulit bernapas.
- Tubuh lemas.
- Tidak semangat bermain.
- Bayi tidak mampu menyusu dengan baik.
- Tubuh anak membiru ketika menangis.
- Demam.
- Berkeringat, terutama di malam hari.
- Batuk berkepanjangan.
- Ujung jari seperti tabuh (clubbing finger).
Penanganan Stunting
Penanganan stunting mencakup penerapan pola hidup sehat dan bersih, mencukupi asupan nutrisi, dan pemberian suplemen. Selain itu, ada sejumlah tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk mengobati stunting, yaitu:
- Memperbanyak asupan nutrisi, misalnya makanan kaya akan protein hewani, lemak, kalori, vitamin A, kalsium, zat besi, zinc, dan yodium.
- Mengobati penyakit yang memicu stunting, misalnya penggunaan obat-obatan tuberkulosis untuk penderita TBC.
- Merekomendasikan keluarga untuk meningkatkan sanitasi dan pola hidup sehat dan bersih agar keluarga sehat.
Pencegahan Stunting
Untuk mencegah stunting, faktor pemicunya perlu dihindari. Berikut beragam upaya pencegahan stunting yang bisa diterapkan:
- Asupan gizi ibu tercukupi sebelum dan selama kehamilan.
- Asupan gizi janin tercukupi, setidaknya selama 2 tahun.
- Bayi menerima ASI eksklusif selama 6 bulan.
- Anak menerima imunisasi lengkap.
World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang optimal untuk bayi usia 6-23 bulan. MPASI tersebut mencakup serealia, produk olahan susu, kacang-kacangan, telur atau sumber protein lain, dan makanan tinggi vitamin A.
Jika tinggi badan anak Anda di bawah normal dan menunjukkan gejala stunting di atas, sebaiknya hubungi dokter untuk didiagnosis penyebabnya, sehingga diberikan penanganan yang tepat. Anda juga dianjurkan rutin melakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan tumbuh kembang anak ke dokter atau posyandu.