Blog

berikut beberapa gejala HIV stadium awal pada pria yang perlu Anda ketahui.

Gejala HIV Stadium Awal pada Pria, Penanganan, dan Pencegahannya

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini bisa dialami siapa saja, termasuk pria. Lalu, apa gejala HIV stadium awal pada pria?

Gejala HIV pada setiap orang bisa berbeda, terutama pria. Oleh karena itu, agar gejala HIV bisa dideteksi sejak dini dan ditangani dengan tepat, berikut beberapa gejala HIV stadium awal pada pria yang perlu Anda ketahui.

Gejala HIV Stadium Awal pada Pria

Gejala umum HIV mungkin bisa serupa. Namun, ada beberapa gejala HIV stadium awal yang khas pada pria, yaitu:

1. Gairah seksual menurun

Pria yang mengidap HIV akan mengalami gangguan fungsi pada penisnya, yaitu tidak bisa menghasilkan hormon testosteron yang cukup. Kondisi ini berisiko menurunkan gairah seksualnya.

2. Luka di bagian penis

Luka di bagian penis adalah kondisi yang tidak boleh dianggap sepele, karena mungkin gejala HIV stadium awal pada pria. Selain itu, luka bisa muncul di bagian anus. Segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala ini untuk diketahui penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat.

3. Nyeri ketika buang air kecil

Nyeri ketika buang air kecil juga perlu diwaspadai sebagai gejala HIV stadium awal pada pria. Jika gejala ini berlanjut, segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan diberikan penanganan yang sesuai kondisi Anda.

Selain gejala-gejala di atas, HIV juga disertai keluhan lain yang juga dialami wanita. Dikutip dari Healthline, sekitar 80 persen pengidap HIV menunjukkan gejala stadium awal, yaitu terkena virus influenza selama 2 hingga 4 minggu.

Gejala awal tersebut ditandai dengan beberapa tanda, misalnya ruam kulit, demam ringan, kelelahan, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Selain itu, keluhan lain yang menyertai, yaitu mual, muntah, keringat di malam hari, berat badan turun, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri sendi.

Penanganan HIV

Meski hingga saat ini belum ada obat untuk mengatasi HIV, namun ada obat yang bisa memperlambat perkembangan virus, yaitu antiretroviral (ARV). Obat ini bekerja dengan cara mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Berikut beberapa jenis obat ARV:

  • Efavirenz.
  • Etravirine.
  • Nevirapine.
  • Lamivudin.
  • Zidovudin.

ARV harus dikonsumsi secara rutin oleh pengidap HIV setelah didiagnosis positif HIV agar perkembangan virus bisa dihambat. Jika tidak, sistem kekebalan tubuh akan melemah dan berkembang menjadi AIDS.

Pencegahan HIV 

Selain itu, ada beberapa upaya yang efektif diterapkan untuk mencegah HIV, yaitu:

  • Tidak berganti-ganti pasangan seksual.
  • Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik.
  • Menggunakan kondom yang baru ketika berhubungan seksual.
  • Tes HIV secara rutin, terutama di usia 13-64 tahun (orang yang aktif secara seksual, pekerja medis, atau orang yang rentan terkena).
  • Konsultasikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV ketika hamil, penanganan selanjutnya, dan perencanaan kelahiran untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
  • Segera ke dokter jika Anda menduga tertular HIV, misalnya setelah melakukan hubungan seksual dengan pengidap HIV, sehingga Anda diberikan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout