Apa itu Rektum? Kenali Fungsi, Gangguan, dan Cara Menjaga Kesehatannya
Rektum adalah bagian akhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penampungan tinja sebelum dikeluarkan melalui anus. Menjaga kesehatan rektum penting dilakukan agar kualitas hidup terjaga. Hal ini dikarenakan kesehatan rektum yang tidak terjaga bisa menyebabkan berbagai gangguan, seperti nyeri, perdarahan, hingga risiko infeksi. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran rektum dalam menjaga kesehatan tubuh agar bisa melakukan tindakan yang tepat ketika muncul gangguan di area ini. Simak informasi selengkapnya mengenai fungsi, gangguan, dan cara menjaga kesehatan rektum di artikel ini.
Anatomi Rektum
Meski dua bagian yang berbeda, namun posisi anus dan rektum berdekatan. Rektum adalah saluran yang menghubungkan usus besar dengan anus. Dari atas ke bawah anatomi saluran pencernaan, posisi rektum ada di atas anus. Sedangkan posisi anus ada di ujung dan merupakan bagian terakhir pada saluran pencernaan.
Panjang rektum adalah 15-20 cm. Pangkal rektum berada di ujung kolon sigmoid, yaitu bagian terakhir pada usus besar yang menyerupai huruf S.
Rektum terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
- Fleksura sakralis, yaitu lekukan cekung yang mengikuti tulang ekor dan tulang sakrum atau tulang berbentuk segitiga di belakang panggul.
- Fleksura anorektal, yaitu bagian cembung yang terbentuk dari otot puborektalis dan berfungsi saat mengendalikan pengeluaran anus.
- Ampula, yaitu bagian akhir rektum yang tersambung pada bagian pangkal anus.
Fungsi Rektum
Berikut beberapa fungsi rektum untuk menjaga kesehatan tubuh yang perlu Anda ketahui:
- Menampung tinja sebelum dibuang
Setelah makanan dicerna dan nutrisinya diserap di usus halus dan usus besar, sisa makanan akan berpindah ke rektum. Rektum berperan sebagai tempat penampungan untuk tinja sebelum dikeluarkan melalui anus.
Dengan begitu, tubuh bisa mengontrol waktu pengeluaran tinja, sehingga bisa mencegah buang air besar secara tiba-tiba.
2. Mengatur refleks buang air besar
Dinding rektum terdiri dari sejumlah saraf dan jaringan otot yang sensitif terhadap tekanan dari tinja. Ketika rektum sudah terisi penuh, saraf tersebut akan mengirimkan sinyal ke otak bahwa tubuh sudah siap buang air besar.
Selanjutnya, otak akan merespon, sehingga otot-otot di rektum dan anus bekerja sama untuk membuka atau menutup saluran pengeluaran tinja. Dengan begitu, Anda bisa menentukan waktu dan tempat buang air besar secara sadar.
3. Melindungi tubuh dari infeksi
Rektum juga berperan sebagai pelindung alami. Hal ini dikarenakan dinding rektum dilapisi oleh lapisan lendir yang berfungsi untuk membantu mencegah masuknya virus, bakteri, atau zat iritan dari dalam tinja, sehingga tidak langsung menyentuh jaringan tubuh.
Selain itu, lapisan lendir pada rektum dapat mengurangi gesekan, sehingga bisa memudahkan proses pengeluaran tinja dan tidak melukai bagian dalam rektum.
4. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Fungsi rektum lainnya adalah membantu menyerap air dan elektrolit, seperti kalium dan natrium, dari sisa makanan. Proses ini bertujuan untuk mencegah tinja terlalu keras atau terlalu cair.
Dengan begitu, gangguan kesehatan, seperti sembelit atau diare, bisa dicegah, sehingga keseimbangan cairan di dalam tubuh tetap terjaga dengan baik.
Gangguan pada Rektum
Jika tidak dijaga kesehatannya, rektum bisa menimbulkan berbagai gangguan, seperti:
- Fisura ani, yaitu kondisi ketika dinding anus atau rektum bawah mengalami luka robek, sehingga menyebabkan nyeri hebat dan kadang berdarah
- Wasir, yaitu pembengkakan pada pembuluh darah di rektum atau anus, sehingga menyebabkan nyeri, gatal, dan perdarahan ketika buang air besar
- Proktitis, yaitu peradangan pada rektum akibat penyakit radang usus, infeksi, atau efek samping radioterapi
- Abses dan fistula rektum, yaitu infeksi di area sekitar rektum yang membentuk kantong nanah dan bisa menimbulkan saluran abnormal (fistula) ke kulit di sekitar anus
- Rektal prolaps, yaitu kondisi ketika rektum keluar dari anus. Kondisi ini umumnya terjadi pada lansia atau akibat sering mengejan berlebihan
- Kanker rektum, yaitu kondisi yang ditandai dengan perubahan pola buang air besar, perdarahan, atau penurunan berat badan drastis
- Inkontinensia alvi, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mengontrol kapan feses keluar atau menahannya, termasuk saat tidur. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan sfingter, trauma punggung, diabetes, multiple sclerosis, dan operasi dubur atau rektum.
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko gangguan pada rektum, seperti kurang minum air, pola makan rendah serat, sering menahan buang air besar, jarang bergerak, atau memiliki riwayat keluarga yang mengidap penyakit usus.
Cara Menjaga Kesehatan Rektum
Memastikan kesehatan rektum terjaga adalah kunci mencegah gangguan pada rektum. Berikut beberapa cara menjaga kesehatan rektum yang bisa Anda lakukan:
- Minum air putih minimal 8 gelas sehari.
- Tingkatkan asupan serat, seperti sayur, buah, dan biji-bijian untuk melancarkan buang air besar dan mencegah sembelit.
- Hindari kebiasaan menahan buang air besar, karena bisa menyebabkan penumpukan dan pengerasan tinja di rektum.
- Selalu mencuci tangan setelah buang air besar dan menjaga kebersihan area anus untuk mencegah infeksi atau iritasi di sekitar rektum.
- Rutin berolahraga untuk membantu kerja usus dan mengurangi tekanan pada rektum dan area anus.
- Hindari duduk terlalu lama agar tekanan pada rektum berkurang.
- Hindari makanan dan minuman penyebab susah buang air besar, seperti cokelat, produk olahan susu, makanan yang mengandung gluten, daging merah, dan makanan cepat saji.
- Hindari duduk di kloset terlalu lama.
- Kenakan pakaian dalam dengan bahan katun.
- Dapatkan vaksinasi hepatitis A, hepatitis B, dan HPV.
Menjaga kesehatan rektum bisa meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup Anda secara keseluruhan. Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menerapkan gaya hidup sehat di atas untuk mencegah berbagai gangguan pada rektum.
Jika Anda mengalami gejala-gejala gangguan pada rektum, seperti nyeri, perdarahan, atau perubahan pola buang air besar yang mengganggu aktivitas dan tidak kunjung sembuh dengan perawatan mandiri, konsultasikan ke dokter untuk dipastikan penyebabnya. Dengan begitu, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda, sehingga risiko komplikasi bisa dicegah.
Jika ada pertanyaan terkait fungsi dan gangguan rektum, konsultasikan ke dokter untuk saran dan rekomendasi yang tepat.
Yuk, terapkan pola hidup sehat sekarang dengan beragam produk kesehatan, mulai dari obat hingga suplemen, hanya di Pyfa Health!





