Tunagrahita: penyebab, ciri-ciri, dan pencegahannya

Lalu, apa penyebab dan ciri-ciri tunagrahita, serta bisakah ditangani? Berikut informasi selengkapnya.

Tunagrahita: penyebab, ciri-ciri, dan pencegahannya

Tunagrahita adalah istilah untuk orang-orang yang kemampuan kognitif dan intelektualnya di bawah rata-rata. Meski umum dialami oleh anak-anak, namun tunagrahita juga berisiko dialami oleh orang dewasa. Ketahui lebih lanjut mengenai penyebab dan ciri-ciri tunagrahita.

Tunagrahita ditandai dengan melambatnya proses belajar dan berpikir, serta ketidakmampuan untuk menjalani aktivitas secara normal. Lalu, apa penyebab dan ciri-ciri tunagrahita, serta bisakah ditangani? Berikut informasi selengkapnya.

Penyebab Tuna Grahita

Ada dua keterbatasan pada anak tunagrahita, yaitu keterbatasan intelektual, misalnya ketidakmampuan menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, dan belajar. Keterbatasan lainnya adalah ketidakmampuan berinteraksi, menjaga diri, dan berkomunikasi dengan baik. Hingga saat ini, penyebab pasti tunagrahita tidak diketahui. Namun, ada beragam kondisi yang meningkatkan risiko tunagrahita pada anak, yaitu:

  • Bayi lahir prematur.
  • Infeksi otak yang dialami setelah bayi lahir.
  • Oksigen yang tidak tercukupi pada bayi selama proses persalinan.
  • Malnutrisi parah pada anak.
  • Infeksi pada ibu hamil, misalnya rubella.
  • Paparan racun pada ibu hamil dan janin, misalnya radiasi nuklir atau timbal.
  • Riwayat anggota keluarga pengidap tunagrahita.
  • Cedera di otak akibat terjatuh atau kecelakaan.
  • Ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, minuman beralkohol, atau obat-obatan terlarang.

Penyakit pada anak yang memicu disabilitas intelektual juga meningkatkan risiko tunagrahita, misalnya epilepsi, sindrom Down, dan sindrom fragile X.

Ciri-Ciri Tunagrahita

Ciri-ciri tunagrahita bisa dideteksi sejak masa anak-anak. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang lambat adalah tanda utama anak tunagrahita. Berikut ciri-ciri anak tunagrahita yang umum ditemukan:

  • Kesulitan mengingat sesuatu.
  • Keterlambatan berguling, merangkak, duduk, atau bicara.
  • Keterlambatan kemampuan melakukan hal-hal dasar, misalnya berpakaian, makan sendiri, atau buang air di toilet.
  • Ketidakmampuan berpikir logis dan menyelesaikan masalah.
  • Tidak bisa mengendalikan emosi.
  • Bertindak tanpa berpikir.

Selain itu, gejala-gejala anak tunagrahita berupa gangguan kesehatan, misalnya gangguan kemampuan motorik, autisme, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan kejang.

Pencegahan Tunagrahita

Pada kasus tertentu, tunagrahita tidak bisa dicegah. Namun, ibu hamil bisa mengurangi risikonya dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan tunagrahita yang efektif, misalnya tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu, serta rutin melakukan pemeriksaan kandungan hingga melahirkan agar kondisi ibu dan janin sehat dan terhindar dari gangguan kesehatan. Jika tunagrahita dipicu oleh faktor genetik, segera lakukan pemeriksaan ke dokter atau psikolog anak. Dengan begitu, penyakit bisa dideteksi sejak dini dan diobati dengan tepat, sehingga risiko komplikasi yang serius bisa dikurangi. Penelitian menunjukkan bahwa tunagrahita yang dideteksi dan ditangani sejak dini memberikan hasil yang signifikan. Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal dan mampu menjalani aktivitas secara normal.

Bimbingan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya juga penting agar anak tunagrahita bisa hidup mandiri dan beraktivitas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Jika anak Anda mengidap tunagrahita, segera cari tahu informasi seputar tunagrahita agar bisa memahami bagaimana cara menanganinya. Anda juga bisa berdiskusi dengan dokter atau psikolog anak terkait cara-cara membimbing dan mendukung anak tunagrahita agar mampu menjalani aktivitas dengan normal.

Apa itu Tunagrahita?

Tunagrahita adalah kondisi ketika anak mengalami disabilitas intelektual dan adaptif. Anak yang mengidap tunagrahita umumnya memiliki gangguan fungsi intelektual, misalnya belajar, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. 

Selain itu, anak yang mengidap tunagrahita memiliki gangguan fungsi adaptif, misalnya sulit melakukan aktivitas sehari-hari, baik komunikasi maupun melakukan sesuatu secara mandiri. Gejala tunagrahita bisa bervariasi, tergantung tingkat keparahannya.

Cara Mendiagnosis Tunagrahita

Sebelum mendiagnosis tunagrahita, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, yaitu:

  1. Tes kecerdasan intelektual (IQ)

Tes IQ akan dilakukan oleh dokter untuk memeriksa kemampuan belajar dan memecahkan masalah anak. Hal ini dikarenakan anak yang menderita tunagrahita memiliki nilai IQ (Intelligence Quotient) yang rendah, yaitu di bawah 50 dan nilai tertinggi di angka 75. Sedangkan nilai IQ normal adalah sekitar 100. 

Namun, anak-anak umumnya tidak bisa menjalankan tes IQ hingga mereka berusia 4-6 tahun. Oleh karena itu, pastikan anak sudah mencapai usia tersebut sebelum mengetahui apakah anak mengidap tunagrahita atau tidak.

2. Tes adaptif

Setelah tes IQ, dokter akan mengukur perkembangan anak berdasarkan usianya. Ada tiga faktor yang akan dinilai untuk mengevaluasi fungsi adaptif, yaitu:

  • Konseptual, misalnya menulis, membaca, bahasa, penalaran, menghitung, memori, dan pengetahuan.
  • Sosial, misalnya komunikasi, empati, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan mengikuti aturan.
  • Praktikal, misalnya mengelola uang, tanggung jawab pekerjaan, merawat barang, dan mengatur tugas.

Penanganan Tunagrahita pada Anak

Dikutip dari Healthy Children, hingga saat ini belum ada obat yang bisa mengatasi tunagrahita atau disabilitas intelektual pada anak. Namun, dengan melatih diri secara konsisten, belajar, dan dukungan dari orang tua, anak yang mengidap tunagrahita bisa hidup dan beraktivitas secara normal.

Ada beragam cara yang bisa diterapkan oleh orang tua untuk menangani anak yang mengidap tunagrahita, yaitu:

  • Berkomunikasi dengan orang tua lain yang memiliki anak pengidap tuna grahita.
  • Menambah pengetahuan dan wawasan terkait disabilitas intelektual.
  • Melatih anak mengenai tanggung jawab dan kemandirian.
  • Melatih kesabaran diri untuk mengajari anak tentang segala hal.

Sekolah Khusus untuk Anak Pengidap Tunagrahita

Agar proses penyembuhan semakin optimal, diperlukan sekolah khusus untuk menangani dan mendampingi anak yang mengidap tunagrahita. Selain itu, sekolah atau sarana pendidikan anak tunagrahita dengan proses belajar seperti di asrama bisa menjadi pilihan untuk menangani tunagrahita pada anak.

Sekolah atau sarana pendidikan khusus pengidap tunagrahita adalah cara yang tepat untuk mengajari anak dengan disabilitas intelektual agar bisa hidup mandiri. Kemampuan dan kemandirian dalam menjalani hidup dan aktivitas sehari-hari ketika beranjak dewasa, misalnya memasak atau menggunakan transportasi umum untuk beraktivitas.

Berikut beragam kemampuan yang perlu diajarkan kepada anak yang mengidap tunagrahita:

  • Berkomunikasi dan bersosialisasi, misalnya bertukar informasi, berdiskusi, atau menggunakan ponsel untuk hal-hal penting.
  • Perawatan diri, misalnya menggunakan kamar mandi, berpakaian, dan makan sendiri.
  • Belajar mengelola uang.
  • Keterampilan dalam bekerja sesuai bakat dan kemampuan.
  • Kemampuan melindungi diri ketika sendiri di rumah.

Jika anak mengalami gejala-gejala tunagrahita yang disebutkan sebelumnya, konsultasikan ke psikiater untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dengan begitu, psikiater bisa memberikan penanganan yang tepat.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout