Trombosit Tinggi: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan

Trombosit tinggi- penyebab, gejala, penanganan, dan pencegahan

Trombosit Tinggi: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan

ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty

Trombosit berperan penting untuk menghentikan perdarahan ketika terluka atau pembuluh darah pecah. Namun, jumlah trombosit yang terlalu tinggi justru dapat berbahaya untuk kesehatan. Ketahui lebih lanjut mengenai pengertian trombosit tinggi dan penyebabnya.

Trombosit tinggi adalah jumlah trombosit di tubuh yang melebihi batas normal. Kondisi yang ekstrim bisa menyebabkan penggumpalan darah. Akibatnya, aliran darah ke organ-organ penting, misalnya paru-paru, jantung, dan otak, bisa terhambat. Jika tidak ditangani dengan tepat, trombosit tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan emboli paru. Lalu, apa saja penyebab trombosit tinggi, serta bisakah diatasi? Berikut informasi selengkapnya.

Penyebab Trombosit Tinggi

Beberapa kondisi menyebabkan peningkatan trombosit secara ringan dan tidak berbahaya, sedangkan beberapa kondisi lain mungkin menyebabkan peningkatan trombosit yang lebih serius. Beragam kondisi yang mungkin menyebabkan peningkatan trombosit, yaitu:

  1. Infeksi

Ketika terkena infeksi, hormon sitokin akan memengaruhi tubuh untuk meningkatkan jumlah trombosit sebagai pertahanan terhadap infeksi. Namun, kondisi ini umumnya tidak ditandai dengan gejala yang serius dan jumlah trombosit akan normal setelah infeksi sudah sembuh.

2. Kehilangan darah

Ketika tubuh berdarah, sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel darah merah dan trombosit sebagai respons alami. Peningkatan jumlah trombosit bertujuan untuk menghentikan perdarahan tersebut. Ketika perdarahan teratasi, jumlah trombosit akan kembali normal.

3. Kerusakan jaringan

Jumlah trombosit tinggi akibat kerusakan jaringan adalah respons alami tubuh untuk mencegah perdarahan yang parah dan mempercepat pemulihan tubuh dari kerusakan. Ada beragam kondisi yang menyebabkan kerusakan jaringan, misalnya cedera, luka, atau pemulihan pascaoperasi.

4. Peradangan

Selain infeksi,peradangan bisa memicu peningkatan jumlah trombosit akibat peningkatan produksi protein sitokin. Kondisi ini umumnya dialami oleh penderita penyakit radang usus dan rheumatoid arthritis.

5. Kanker

Kanker bisa menyebabkan kerusakan di jaringan sekitarnya dan mengatur respons sistem kekebalan tubuh dalam mendorong sumsum tulang untuk memproduksi lebih banyak trombosit.

6. Kelainan sumsum tulang

Penyakit sumsum tulang juga bisa memicu peningkatan produksi trombosit, misalnya leukemia atau kanker darah, penyakit mieloproliferatif, dan polisitemia vera.

7. Faktor genetik

Kelainan genetik tertentu juga dapat menyebabkan sumsum tulang memproduksi lebih banyak trombosit. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut primary thrombocythemia (trombositemia primer).

8. Penggunaan obat-obatan tertentu

Trombosit tinggi juga bisa disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya rituximab dan kortikosteroid. Obat-obatan ini umumnya dikonsumsi untuk mengatasi trombosit rendah akibat immune thrombocytopenia (ITP). Namun, trombosit tinggi akibat efek samping obat-obatan ini umumnya akan normal kembali setelah penggunaan obat dihentikan.

Selain itu, ada beragam kondisi yang meningkatkan risiko trombosit tinggi, misalnya konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, kebiasaan merokok, dan pemulihan pascaoperasi.

Gejala Trombosit Tinggi

Trombosit tinggi umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun jika belum membentuk gumpalan darah. Namun, pada sebagian kasus di mana trombosit tinggi telah menyebabkan penggumpalan darah, pasien mungkin mengalami gejala-gejala, seperti nyeri dada, sakit kepala, lemas, pusing, mimisan, mudah memar, serta kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera ke dokter, sehingga bisa dilakukan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap. Ketika Anda didiagnosis trombosit tinggi, dokter bisa memberikan penanganan sesuai kondisi Anda.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala trombosit tinggi yang disebutkan sebelumnya. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang kesembuhan trombosit tinggi, sehingga risiko komplikasi bisa dikurangi.

Jika Anda mengidap kondisi yang menyebabkan trombosit tinggi, lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin agar bisa dipantau dan ditangani secara tepat. Dengan begitu, risiko komplikasi, seperti trombositosis, bisa dicegah.

Diagnosis Trombositosis

Sebelum mendiagnosis trombosit tinggi, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang dialami oleh pasien, kondisi kesehatan, dan riwayat infeksi. Setelah itu, dokter akan memeriksa fisik pasien secara menyeluruh.

Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan hasil diagnosis, yaitu:

  • Tes hapus darah tepi (blood smear), untuk mengetahui ukuran trombosit.
  • Tes pembekuan darah.
  • Tes agregasi trombosit, untuk mengetahui fungsi trombosit.

Jika pasien didiagnosis trombositosis, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya. Berikut pemeriksaan yang mungkin dilakukan:

  • Aspirasi sumsum tulang.
  • Tes kadar zat besi dalam darah.
  • Tes penanda peradangan, misalnya kadar CRP (C-Reactive protein).

Selain itu, jika pasien terdeteksi splenonomegali atau tanda-tanda infeksi, dokter bisa melakukan pemeriksaan jumlah trombosit.

Penanganan Trombositosis

Jika pasien tidak mengalami gejala dan kondisinya stabil, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin. Namun, untuk pasien yang mengalami gejala, bisa dilakukan penanganan berdasarkan jenis trombositosis, yaitu:

  1. Trombositosis primer

Trombositosis primer merupakan trombositosis akibat kelainan pada fungsi sumsum tulang (biasanya karena faktor genetik) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain yang mendasari. Penanganan trombositosis primer diberikan untuk pasien dengan kondisi tertentu, yaitu:

  • Ada riwayat penggumpalan darah atau perdarahan.
  • Berusia di atas 60 tahun.
  • Ada faktor risiko penyakit jantung, misalnya kolesterol tinggi, diabetes, atau tekanan darah tinggi.

Beragam penanganan yang mungkin dilakukan oleh dokter meliputi:

  • Meresepkan obat aspirin, untuk mengurangi pembekuan darah.
  • Meresepkan obat untuk mengurangi produksi trombosit oleh sumsum tulang, misalnya hydroxyurea, interferon, atau anagrelide.
  • Jika obat-obatan tidak dapat mengurangi produksi trombosit, dokter bisa melakukan prosedur platelet pheresis untuk memisahkan trombosit dari aliran darah.

2. Trombositosis sekunder

Trombositosis sekunder merupakan trombositosis yang disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain yang mendasari. Penanganan trombositosis sekunder dilakukan untuk mengatasi kondisi yang mendasari trombositosis. Dengan begitu, jumlah trombosit bisa normal.

Jika trombositosis disebabkan oleh operasi atau cedera, peningkatan jumlah trombosit umumnya bersifat jangka pendek dan bisa normal dengan sendirinya. Namun, jika trombositosis disebabkan oleh penyakit peradangan atau infeksi kronis, peningkatan jumlah trombosit bisa bersifat jangka panjang hingga faktor yang mendasarinya dapat diatasi.

Selain itu, trombositosis yang disebabkan oleh operasi pengangkatan limpa (splenektomi) bisa berlangsung seumur hidup. Namun, tidak diperlukan penanganan khusus untuk mengurangi jumlah trombosit pada kondisi ini.

Komplikasi Trombositosis

Jika tidak ditangani dengan tepat, trombositosis bisa menimbulkan komplikasi, yaitu:

  • Gangguan-gangguan akibat penggumpalan darah, misalnya emboli paru, stroke, deep vein thrombosis (DVT), dan serangan jantung.
  • Perdarahan yang parah.
  • Keguguran atau gangguan perkembangan janin pada ibu hamil.

Pencegahan Trombositosis

Trombositosis bisa dicegah dengan mengurangi risiko kondisi yang menyebabkan trombositosis. Misalnya, menerapkan pola hidup sehat. Berikut beberapa kebiasaan yang perlu diterapkan untuk mencegah trombositosis:

  • Mempertahankan berat badan ideał.
  • Tidak merokok.
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, misalnya buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, dan daging tanpa lemak.
  • Rutin berolahraga atau beraktivitas fisik.

Jika Anda ragu terkait gejala yang diduga sebagai trombositosis atau ada pertanyaan terkait cara-cara menjaga trombosit tetap normal, konsultasikan ke dokter untuk diberikan saran dan rekomendasi sesuai kondisi Anda.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout