Ranitidine: Panduan Penggunaan, Interaksi Obat, dan Efek Samping
ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty
Ranitidine adalah obat untuk mengatasi keluhan atau penyakit yang berhubungan dengan naiknya asam lambung, misalnya tukak lambung, GERD, sakit maag, dan sindrom Zollinger-Ellison. Ketahui lebih lanjut mengenai aturan penggunaan dan dosis ranitidine yang tepat.
Peradangan di saluran pencernaan dan dinding lambung akibat naiknya asam lambung memicu keluhan, misalnya sensasi terbakar di dada, perut kembung, dan mual. Ranitidine berfungsi menghambat produksi asam lambung, sehingga keluhan tersebut bisa dicegah. Lalu, apa aturan penggunaan dan dosis ranitidine yang tepat, serta adakah efek sampingnya? Berikut informasi selengkapnya.
Panduan Penggunaan Ranitidine yang Aman
Pada 2019, ranitidine ditarik dari pasaran oleh BPOM, karena terkontaminasi N-Nitrosodimethylamine (NDMA) yang memicu kanker jika dikonsumsi berlebihan atau jangka panjang. Meski demikian, setelah diteliti lebih lanjut oleh BPOM dan industri farmasi, ranitidine yang dijual saat ini terbukti tidak ada kandungan NDMA yang melebihi batas aman.
Namun, seperti obat lainnya, penggunaan ranitidine perlu mengikuti panduan berikut:
- Hindari penggunaan ranitidine atau obat golongan antagonis H2 lainnya, misalnya famotidine dan cimetidine, jika ada alergi obat tersebut.
- Beri tahu dokter jika pernah atau sedang mengidap fenilketonuria, diabetes, porfiria, dan kelainan sistem imun akibat penyakit tertentu, misalnya gangguan pada lambung, gangguan hati, gangguan ginjal, atau gangguan pernapasan, misalnya PPOK atau asma.
- Hindari konsumsi alkohol selama mengonsumsi ranitidine.
- Beri tahu dokter jika sedang hamil, menyusui, atau menjalani program kehamilan.
- Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat herbal atau suplemen, untuk mencegah interaksi antarobat.
- Segera ke dokter jika muncul efek samping yang serius, reaksi alergi obat, atau kelebihan dosis, setelah penggunaan ranitidine.
Cara Penggunaan Ranitidine yang Benar
Penggunaan ranitidine perlu mengikuti anjuran dokter dan petunjuk yang ada di label kemasan dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Konsumsi ranitidine sebelum atau setelah makan secara konsisten agar hasilnya optimal. Jika Anda melewatkan dosis ranitidine, segera konsumsi jika jadwal minum berikutnya tidak terlalu dekat. Namun, jika jadwal minumnya sudah dekat, lewatkan dosis dan hindari menggandakan dosis.
Interaksi Ranitidine dengan Obat Lain
Penggunaan ranitidine bersamaan dengan obat tertentu bisa memicu interaksi antarobat, yaitu:
- Berisiko kelainan irama jantung jika ranitidine dosis tinggi dikonsumsi bersamaan dengan N-acetylprocainamide atau procainamide.
- Berisiko perdarahan jika dikonsumsi bersamaan dengan warfarin.
- Berisiko meningkatkan efek samping yang ditimbulkan dari midazolam, glipizide, atau triazolam.
- Mengurangi penyerapan ranitidine jika dikonsumsi bersamaan dengan sukralfat dosis tinggi.
- Mengurangi efektivitas gefitinib, atazanavir, delavirdine, atau ketoconazole.
Efek Samping Ranitidine
Berikut efek samping yang mungkin muncul setelah penggunaan ranitidine:
- Diare.
- Sakit perut.
- Sakit kepala.
- Mual dan muntah.
Konsultasikan ke dokter jika efek samping di atas tidak berkurang atau bahkan semakin parah untuk pengobatan lebih lanjut. Anda perlu segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang serius berikut:
- Gangguan penglihatan.
- Ketidakteraturan detak jantung.
- Rentan memar.
- Halusinasi.
- Perubahan suasana hati yang drastis.
- Kelelahan luar biasa.
- Nyeri perut yang parah.
- Urin berwarna kehitaman.
- Gejala infeksi, misalnya demam, sakit tenggorokan, atau menggigil.
- Penyakit kuning.