Paracetamol: Panduan Penggunaan, Efek Samping, dan Interaksi Obat
ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty
Demam sebenarnya bukanlah penyakit, namun respon tubuh untuk mencegah infeksi. Namun, demam memicu keluhan-keluhan yang memicu ketidaknyamanan, misalnya sakit kepala, menggigil, dan tidak nafsu makan. Untuk meminimalisir keluhan-keluhan tersebut, penggunaan paracetamol menjadi salah satu cara yang sering dianjurkan oleh dokter.
Paracetamol adalah obat untuk mengatasi demam dan nyeri yang disebabkan oleh beragam kondisi, misalnya flu, sakit gigi, dan sakit kepala. Cara kerja paracetamol tidak diketahui secara pasti. Namun, obat ini diduga berfungsi menghambat pembawa pesan rasa sakit di otak dan mengendalikan sinyal kimiawi di otak untuk mengatur suhu tubuh. Lalu, apa aturan penggunaan paracetamol dan efek sampingnya? Berikut informasi selengkapnya.
Panduan Penggunaan Paracetamol yang Aman
Paracetamol adalah obat yang memiliki risiko efek samping rendah, sehingga kerap dikonsumsi untuk mengatasi nyeri dan demam. Namun, orang dengan kondisi tertentu perlu berhati-hati terkait penggunaan paracetamol, yaitu:
- Pengidap gangguan hati atau ginjal.
- Ada riwayat reaksi alergi paracetamol atau obat lain.
- Sedang menjalani pengobatan epilepsi.
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
- Penggunaan obat-obatan tuberkulosis.
- Penggunaan obat-obatan pengencer darah.
- Ibu hamil, ibu menyusui, atau menjalani program kehamilan.
- Sedang mengonsumsi suplemen, produk herbal, atau obat lain.
Orang-orang dengan kondisi di atas dianjurkan untuk berdiskusi dengan dokter sebelum penggunaan paracetamol. Dengan begitu, dokter akan meresepkan obat yang sesuai dengan kondisi Anda atau mengganti dosisnya.
Efek Samping Paracetamol
Meski jarang memicu efek samping, namun, pada orang dengan kondisi tertentu, paracetamol mungkin memicu efek samping, yaitu:
- Reaksi alergi, misalnya pembengkakan dan ruam kulit.
- Tekanan darah rendah.
- Kelainan darah, misalnya kadar trombosit rendah atau kadar sel darah putih rendah.
- Detak jantung cepat.
- Kerusakan ginjal dan hati jika dikonsumsi berlebihan.
Hentikan konsumsi paracetamol dan segera ke dokter jika muncul efek samping yang serius, yaitu:
- Gatal-gatal.
- Tidak nafsu makan.
- Mual.
- Sakit perut bagian atas.
- Penyakit kuning.
- Urin berwarna kehitaman.
- Feses terlihat pucat.
Amankah Paracetamol untuk Ibu Hamil dan Menyusui?
Penggunaan paracetamol pada ibu hamil dan menyusui sebenarnya mempunyai risiko efek samping rendah, asalkan sesuai dengan anjuran dokter. Dosis paracetamol yang diberikan untuk ibu hamil adalah yang terendah dan dengan durasi yang singkat. Sedangkan, untuk ibu menyusui, paracetamol mungkin mengalir ke ASI, namun kadarnya sedikit. Meski demikian, sebelum mengonsumsi paracetamol, konsultasikan ke dokter agar kesehatan ibu hamil dan menyusui terjaga.
Interaksi Paracetamol dengan Obat Lain
Kombinasi paracetamol dengan obat tertentu sebenarnya tidak dianjurkan. Namun, pada sebagian kasus, dokter mungkin meresepkan kombinasi paracetamol dengan obat lain. Jika kombinasi obat dikonsumsi bersamaan, dokter akan menyesuaikan dosisnya atau mengubah jadwal minum salah satu obat. Berikut obat-obatan yang memicu interaksi antarobat jika dikonsumsi bersamaan dengan paracetamol:
- Obat antijamur, misalnya ketoconazole.
- Obat lain dengan kandungan paracetamol.
- Obat mual dan muntah tertentu, misalnya metoclopramide.
- Obat untuk mencegah pembekuan darah, misalnya warfarin.
- Obat untuk epilepsi dan nyeri, misalnya carbamazepine.
- Perawatan kanker tertentu, misalnya busulfan dan obat imatinib.
- Obat untuk mencegah kejang, misalnya primidone, fenitoin, dan fenobarbital.
- Obat untuk mengobati gatal akibat sirosis bilier primer, misalnya cholestyramine.