Pahami Perbedaan Osteopenia dan Osteoporosis
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan yang dikenali oleh banyak orang. Namun, pernahkah Anda mendengar istilah osteopenia? Penyakit tulang yang satu ini belum banyak dikenal. Bahkan, osteopenia kerap disamakan dengan osteoporosis. Padahal, osteoporosis dan osteopenia adalah dua masalah kesehatan tulang yang berbeda. Osteopenia adalah kondisi ketika massa tulang seseorang lebih rendah dari rata-rata orang seusianya, sedangkan osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Lalu, apa saja perbedaan osteopenia dan osteoporosis lainnya? Berikut informasi selengkapnya.
Perbedaan Antara Osteopenia dan Osteoporosis
Berikut beberapa perbedaan osteopenia dan osteoporosis yang perlu diketahui:
- Tingkat keparahan
Meski sama-sama kondisi penurunan massa dan kepadatan tulang, namun tingkat keparahan osteopenia dan osteoporosis berbeda. Osteopenia adalah tahap awal di mana kepadatan tulang mulai berkurang, namun belum menyebabkan risiko atau kerusakan patah tulang yang serius.
Sedangkan osteoporosis adalah tahap lanjut di mana tulang menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan akibat tekanan kecil. Kesimpulannya, osteopenia adalah tahap awal yang bisa berkembang menjadi osteoporosis jika tidak segera ditangani.
2. Gejala
Osteopenia umumnya ditandai dengan penurunan tinggi badan yang tidak wajar. Selain itu, penderita osteoporosis berisiko tinggi mengalami patah tulang akibat cedera atau terjatuh.
Sedangkan osteoporosis umumnya ditandai dengan gejala yang lebih berat, seperti patah tulang akibat aktivitas ringan, misalnya jatuh, mengangkat barang, atau bahkan batuk. Selain itu, osteoporosis bisa menimbulkan sakit punggung dan perubahan postur tubuh.
3. Skor kepadatan tulang
Perbedaan berikutnya adalah skor kepadatan tulang. Kondisi masalah tulang umumnya diukur dengan menggunakan T score. Penderita osteopenia umumnya berada di kisaran -1 hingga -2,5 yang menandakan kepadatan tulang yang mulai berkurang.
Sedangkan penderita osteoporosis umumnya berada di kisaran -2,5 atau lebih rendah yang menandakan kondisi tulang yang lebih rapuh dan rentan patah.
4. Penyebab dan faktor risiko
Osteopenia umumnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu penurunan kepadatan tulang di usia 20-an dan kehilangan kepadatan tulang di usia setelahnya. Selain itu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko osteopenia, yaitu:
- Riwayat penyakit Celiac
- Genetik
- Merokok
- Kekurangan kalsium dan vitamin D
- Indeks massa tubuh di bawah 18,5
- Jarang beraktivitas fisik
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Sedangkan osteoporosis umumnya berkembang seiring bertambahnya usia. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko osteoporosis, yaitu:
- Riwayat osteoporosis dalam keluarga
- Kurangnya kalsium, vitamin D, dan protein
- Usia lanjut
- Merokok
- Perempuan yang kekurangan kalsium saat hamil
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Orang dengan tubuh kecil
- Riwayat penyakit tertentu, seperti radang sendi, endokrin, kanker, masalah pencernaan, hingga HIV/AIDS.
Dari beberapa perbedaan di atas, bisa disimpulkan bahwa osteopenia adalah kondisi penurunan kepadatan tulang yang lebih ringan dibandingkan osteoporosis. Namun, osteopenia bisa berkembang menjadi osteoporosis jika tidak ditangani dengan tepat.
Oleh karena itu, jaga kesehatan tulang sejak dini untuk mencegah osteopenia dan osteoporosis dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga, memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D harian, dan melakukan pemeriksaan kesehatan tulang secara rutin.
Penanganan Osteopenia
Penanganan osteopenia perlu dilakukan agar tidak berkembang menjadi osteoporosis. Pengobatan osteopenia juga bertujuan untuk menghambat pengeroposan tulang dan menguatkan jaringan tulang, tergantung hasil skor tes BMD atau risiko terjadinya patah tulang.
Berikut beberapa penanganan yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi osteopenia:
- Perubahan pola hidup
Penderita osteopenia perlu menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah penurunan kepadatan tulang yang semakin parah, seperti:
- Rutin berolahraga, seperti pilates, yoga, dan olahraga angkat beban, untuk meningkatkan keseimbangan tubuh, serta meningkatkan kekuatan tulang dan otot.
- Mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, seperti brokoli, bayam, ikan salmon, kacang-kacangan, telur, serta produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt.
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
- Tidak merokok.
2. Pemberian suplemen
Dokter akan memberikan dosis suplemen kalsium dan vitamin D sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Kalsium dan vitamin D berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang dan mencegah tulang retak dan mudah patah.
3. Pemberian obat-obatan
Jika tingkat keparahan osteopenia sudah mendekati level osteoporosis dan berisiko tinggi patah tulang, dokter bisa memberikan obat-obatan, seperti:
- Bisfosfonat, berfungsi untuk menjaga kepadatan tulang dengan cara memperlambat pemecahan jaringan tulang, misalnya risedronate, alendronate, ibandronate, dan zoledronic acid.
- Denosumab, berfungsi untuk mempertahankan kepadatan tulang. Obat ini hanya diberikan kepada orang yang berisiko tinggi mengalami patah tulang.
- Selective estrogen receptor modulators (SERMs), misalnya raloxifene. Obat ini hanya diberikan kepada wanita yang sudah menopause dan berisiko tinggi mengalami osteoporosis dan patah tulang.
- Hormon testosteron, berfungsi untuk mempertahankan kepadatan tulang, serta mencegah osteoporosis dan patah tulang pada pria yang mengalami hipogonadisme.
- Terapi penggantian hormon, yaitu pemberian obat hormon yang berisi estrogen dan progesteron buatan. Obat tersebut berfungsi untuk mencegah osteoporosis pascamenopause.
- Calcitonin, untuk menghambat proses pengeroposan tulang. Obat yang tersedia dalam bentuk suntik dan semprot hidung ini digunakan untuk mengatasi osteopenia dan osteoporosis pascamenopause.
Selain itu, penderita osteopenia perlu melakukan beberapa upaya pencegahan untuk menurunkan risiko patah tulang, yaitu:
- Memasang pegangan dinding, menggunakan sandal khusus agar tidak terjatuh di kamar mandi, atau memasang karpet.
- Mengatur penempatan perabotan rumah dengan baik untuk mencegah risiko terjatuh akibat menabrak perabotan.
- Tidak menggunakan alas kaki yang licin, terutama ketika berjalan di luar rumah.
Jika Anda mengalami gejala-gejala terkait osteopenia, konsultasikan ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan begitu, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat dan risiko osteoporosis bisa dicegah.
Jika ada pertanyaan terkait perbedaan osteopenia dan osteoporosis, konsultasikan ke dokter untuk diberikan saran dan rekomendasi yang tepat.
Jika diperlukan, Anda bisa mengonsumsi suplemen untuk tulang. Ada beragam jenis suplemen untuk menjaga kesehatan tulang, salah satunya Caltron. Caltron adalah suplemen tulang dan sendi yang mengandung kalsium karbonat. Suplemen ini dapat mencegah dan mengobati gangguan metabolisme atau defisiensi Ca, seperti rachitis, osteomalasia akibat malabsorpsi, serta osteoporosis. Selain itu, Caltron dapat mencegah dan mengobati defisiensi kalsium dan vitamin D selama kehamilan dan menyusui, serta membantu perkembangan tulang dan gigi yang sehat.
Yuk, terapkan pola hidup sehat sekarang dengan beragam produk kesehatan, mulai dari obat hingga suplemen, hanya di Pyfa Health!