Mengenal Tantrum, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Mengenal Tantrum, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Mengenal Tantrum, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Pernahkah si kecil menangis, merengek, atau berteriak tanpa alasan yang jelas? Hal ini mungkin disebabkan oleh tantrum, yaitu ledakan emosi yang diwujudkan melalui teriakan, tangisan, atau rengekan. Meski bukan kondisi yang berbahaya, namun, pada kondisi tertentu tantrum memerlukan penanganan medis.

Tantrum umumnya dialami oleh anak usia 1 tahun dan semakin parah pada usia 2-3 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 4 tahun, tantrum umumnya akan berkurang. Simak informasi selengkapnya mengenai penyebab, gejala, dan penanganan tantrum di artikel ini.

Penyebab Tantrum

Ada beragam kondisi yang menyebabkan munculnya tantrum pada anak, yaitu:

  • Mencari perhatian orang tua.
  • Frustrasi akibat ketidakmampuan berbicara atau tidak bisa melakukan sesuatu.
  • Lapar atau lelah.
  • Tidak ingin melakukan sesuatu, misalnya tidur siang atau menyikat gigi.
  • Sakit.
  • Khawatir atau kesal.
  • Meminta sesuatu, misalnya es krim, namun tidak dikabulkan oleh orang tua.
  • Sakit.

Selain itu, ada beragam kondisi medis yang menyebabkan anak mengalami tantrum, yaitu:

  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
  • Depresi.
  • Gangguan kecemasan, misalnya separation anxiety disorder.
  • Gangguan perilaku, misalnya oppositional defiant disorder.
  • Autisme.
  • Ketidakmampuan belajar, sehingga anak belum lancar membaca, menulis, berbicara, atau memahami informasi.

Gejala Tantrum

Tantrum yang dialami oleh anak umumnya berlangsung selama 2-15 menit dengan tanda-tanda berikut:

  • Menendang atau memukul.
  • Menangis, merengek, atau berteriak.
  • Berguling-guling di lantai.
  • Meronta-ronta.
  • Melempar benda-benda.
  • Mendorong.
  • Menahan napas.
  • Tubuh tegang atau lemas.

Penanganan Tantrum

Tantrum adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak yang bisa ditangani secara mandiri di rumah. Untuk mengurangi tingkat keparahan tantrum, ada beragam cara yang bisa diterapkan oleh orang tua di rumah: 

  • Alihkan perhatian anak jika muncul tanda-tanda tantrum, misalnya memberikan anak sesuatu yang menarik perhatiannya atau mengajaknya bermain.
  • Jika anak mulai tantrum, biarkan ia menangis atau berteriak hingga tenang. Pastikan anak memahami bahwa perilaku tersebut tidak akan berhasil mewujudkan keinginannya.
  • Jika anak sedang tantrum, pindahlah ke uangan yang berbeda.
  • Ketika anak tantrum, pastikan ia diawasi atau pindahkan ke tempat yang lebih tenang jika ia tantrum di tempat umum.
  • Hindari mengancam atau memarahi anak ketika ia sedang tantrum. Jika kemarahan atau tangisannya mereda, ajak anak untuk membahas perilakunya.
  • Jika anak mulai menendang atau menggigit, jelaskan bahwa perilakunya bisa melukai diri sendiri atau orang lain.

Sedangkan tantrum akibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan memerlukan penanganan medis. Ada beragam jenis terapi yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi tantrum pada anak, yaitu:

  • Terapi perilaku kognitif, untuk melatih anak agar bisa mengubah pola pikir dan perilaku ketika menghadapi masalah tertentu.
  • Terapi wicara dan bahasa, untuk melatih kemampuan anak dalam menulis, membaca, mengikuti perintah, dan membicarakan keinginannya.
  • Terapi keluarga, untuk melatih cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak antara anggota keluarga.

Selain itu, dokter bisa memberikan obat-obatan sesuai dengan jenis gangguan perkembangan anak, yaitu:

  • Antipsikotik, misalnya risperidone, untuk autisme dengan gangguan perilaku.
  • Obat stimulan sistem saraf, misalnya methylphenidate, untuk ADHD.
  • Antidepresan, misalnya fluoxetine, untuk depresi atau gangguan kecemasan.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout