Mengenal Nyamuk Wolbachia, Benarkah Efektif Menumpas DBD? Kenali Faktanya

Mengenal Nyamuk Wolbachia, Benarkah Efektif Menumpas DBD? Kenali Faktanya

ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty

Akhir-akhir ini, nyamuk wolbachia menjadi topik yang banyak dibicarakan di dunia kesehatan. Nyamuk ini disebut-sebut dapat mencegah penyebaran kasus demam berdarah dengue (DBD). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, bahkan menyebut nyamuk wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus DBD di Yogyakarta.

Meski diklaim efektif menurunkan kasus DBD di beberapa negara, namun penggunaan nyamuk wolbachia masih menimbulkan pro dan kontra di Indonesia. Lalu, apa itu nyamuk wolbachia dan benarkah efektif menurunkan kasus DBD? Berikut fakta-fakta seputar nyamuk wolbachia yang perlu Anda ketahui.

5 Fakta Seputar Nyamuk Wolbachia yang Perlu Anda Ketahui

Ada beragam informasi simpang siur terkait nyamuk wolbachia, salah satunya berisiko untuk kesehatan. Namun, benarkah demikian? Berikut 5 fakta seputar nyamuk wolbachia yang perlu Anda ketahui:

1. Apa itu nyamuk wolbachia?

Nyamuk wolbachia adalah inovasi yang dilakukan untuk menekan penyebaran kasus DBD dengan cara menyuntikkan bakteri wolbachia ke tubuh nyamuk Aedes aegypti. Wolbachia adalah jenis bakteri yang efektif menghambat replikasi virus dengue penyebab DBD di tubuh nyamuk Aedes aegypti.

2. Implementasi nyamuk wolbachia.

Untuk mengurangi penyebaran virus dengue, telur dari nyamuk Aedes aegypti yang telah disuntik wolbachia disebarkan di lokasi-lokasi permukiman masyarakat. Setelah dewasa, nyamuk wolbachia akan berkembang biak dengan nyamuk Aedes aegypti lain. Bila nyamuk wolbachia jantan berkembang biak dengan nyamuk betina tanpa wolbachia, telur nyamuk betina tersebut tidak akan bisa menetas. Bila nyamuk wolbachia betina berkembang biak dengan nyamuk jantan lain, seluruh keturunannya akan membawa wolbachia.

3.  Sudah teruji di beberapa negara.

Beberapa negara sudah membuktikan efektivitas nyamuk wolbachia, misalnya Australia, Meksiko, Vietnam, Brasil, Fiji, Vanuatu, dan Sri Lanka. Selain itu, proyek Wolbachia yang dilakukan oleh Institute for Medical Research (IMR) pada 2017, berhasil menekan kasus DBD secara signifikan di Malaysia. Singapura bahkan mendirikan pusat pengembangan nyamuk wolbachia untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti.

4. Sudah teruji di Yogyakarta.

Efektivitas nyamuk wolbachia untuk menekan kasus DBD juga sudah diuji pada 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta. Pengujian ini dilakukan dengan persiapan dan pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntikkan wolbachia mulai dari 2011 hingga 2015. Penggunaan nyamuk wolbachia dalam menekan penyebaran kasus DBD juga sudah teruji di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022. Hasilnya, penyebaran nyamuk wolbachia di lokasi-lokasi tersebut terbukti efektif menurunkan kasus DBD dan menurunkan risiko orang dengan gejala DBD dirawat di rumah sakit.

5. Benarkah nyamuk wolbachia rekayasa genetika?

Ada dugaan bahwa nyamuk wolbachia adalah hasil rekayasa genetika. Benarkah demikian? Faktanya, dikutip dari laman Kemenkes, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof dr Adi Utarini, MSc, MPH, PhD, menolak dugaan tersebut. Ia menyatakan bahwa bakteri wolbachia yang dimasukkan ke tubuh nyamuk Aedes aegypti bukan hasil rekayasa genetika yang dilakukan di laboratorium. Jika dilihat dari materi genetik, bakteri wolbachia dan nyamuk Aedes aegypti identik dengan organisme yang ada di alam. Selain itu, ia menyatakan bahwa bakteri wolbachia hanya bisa bertahan hidup di tubuh serangga seperti nyamuk dan tidak bisa menduplikasi diri di luar serangga inangnya. Bakteri wolbachia juga ditemukan di tubuh nyamuk Aedes albopictus.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout