Memahami Siklus Menstruasi dan Hormon-Hormon yang Memengaruhi
Siklus menstruasi adalah proses yang dialami organ reproduksi wanita setiap bulan. Proses ini dialami oleh wanita sejak masa pubertas dan terdiri dari fase di organ reproduksi wanita. Ketahui lebih lanjut mengenai siklus menstruasi dan hormon yang berperan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beragam faktor, misalnya stres, kondisi medis tertentu, olahraga berlebihan, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Lalu, bagaimana siklus menstruasi terjadi dan apa saja hormon yang memengaruhinya? Berikut informasi selengkapnya.
Lihat Juga: Cegah bocor saat haid dengan pilihan yang tepat
![](https://pyfahealth.com/wp-content/uploads/porto_placeholders/100x25.jpg)
Hormon yang Memengaruhi Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi terjadi melalui fase-fase yang ditentukan oleh hormon tertentu di tubuh, yaitu:
- Hormon estrogen, berperan penting selama proses ovulasi dan pembentukan kembali lapisan rahim setelah menstruasi.
- Hormon progesteron. Bekerja sama dengan estrogen, hormon progesteron berfungsi untuk menjaga siklus reproduksi, kehamilan, dan penebalan dinding rahim.
- Hormon perangsang folikel. Hormon ini berperan untuk mempersiapkan sel telur di ovarium agar bisa dilepaskan.
- Hormon lutein. Hormon ini berfungsi untuk menstimulasi ovarium selama proses pelepasan sel telur.
- Hormon pelepas gonadotropin. Hormon yang berfungsi untuk menstimulasi tubuh untuk memproduksi hormon perangsang folikel dan hormon lutein selama proses persiapan dan pelepasan sel telur.
Fase-Fase Siklus Menstruasi
Ada tiga fase siklus menstruasi, yaitu fase menstruasi, fase praovulasi, dan ovulasi. Berikut penjelasannya:
Fase 1: menstruasi.
Fase pertama dari siklus menstruasi adalah menstruasi. Durasi fase ini berbeda-beda, mulai dari 3 hingga 7 hari. Fase ini ditandai dengan meluruhnya sel telur dan lapisan dinding rahim menjadi darah menstruasi. Darah menstruasi akan keluar banyak pada tiga hari pertama. Kontraksi rahim akibat hormon prostaglandin yang meningkat akan memicu kram atau nyeri di perut, panggul, dan punggung wanita. Selain itu, fase menstruasi ditandai dengan gejala-gejala lain, misalnya perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan, dan sakit kepala.
Fase 2: praovulasi dan ovulasi.
Ketika lapisan dinding rahim menebal kembali setelah fase menstruasi, fase ini disebut praovulasi dan ovulasi. Proses tersebut bertujuan untuk mempersiapkan rahim sebagai tempat sel telur dibuahi oleh sperma. Pada fase ini, tingkat keberhasilan pembuahan akan meningkat. Oleh karena itu, pasangan yang ingin memiliki anak dianjurkan untuk berhubungan intim menjelang dan selama fase ovulasi. Meski demikian, fase ovulasi wanita berbeda-beda, terutama pada wanita dengan siklus haid yang tidak teratur.
Fase 3: pramenstruasi.
Fase siklus menstruasi yang ketiga adalah semakin menebalnya lapisan dinding rahim atau yang disebut dengan pramenstruasi. Hal ini terjadi karena terbentuknya korpus luteum yang dihasilkan dari folikel yang pecah dan menghasilkan sel telur. Korpus luteum adalah jaringan di ovarium yang berfungsi memproduksi hormon progesteron, sehingga lapisan dinding rahim semakin tebal. Fase pramenstruasi akan ditandai dengan gejala-gejala, misalnya nyeri di payudara, mudah lelah, pusing, perut kembung, dan ketidakstabilan emosi. Tidak adanya pembuahan memicu penurunan hormon estrogen dan progesteron, sehingga lapisan dinding rahim meluruh dan mengeluarkan darah menstruasi.
Fase-fase siklus menstruasi terjadi setiap bulan. Namun, konsultasikan ke dokter jika ada gejala-gejala, misalnya ketidakteraturan siklus menstruasi, 3 bulan tidak menstruasi, atau menstruasi lebih dari seminggu. Dengan begitu, dokter bisa memastikan penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat.