Macam-Macam Obat Penambah Darah
Sel darah merah yang cukup penting untuk mencegah anemia. Agar sel darah merah tetap terjaga, Anda bisa mengonsumsi obat penambah darah. Sebelum mengonsumsi obat penambah darah, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Anemia memiliki banyak jenis, sehingga pengobatannya juga bisa berbeda. Obat penambah darah umumnya digunakan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi berbahaya akibat anemia. Berikut jenis obat penambah darah yang perlu Anda ketahui.
Lihat Juga: Suplemen Penambah Darah Berbentuk Tablet Larut
Obat Penambah Darah
Untuk mengatasi kurang darah, ada beberapa jenis obat penambah darah yang bisa disesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda berikut:
1. Zat besi, vitamin B12, dan folat
Ada sejumlah nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah, yaitu zat besi, vitamin B12, dan folat. Jika tubuh kekurangan tiga nutrisi ini, maka dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia. Jika anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi, maka tubuh membutuhkan asupan suplemen zat besi tambahan agar proses pembentukan sel darah merah bisa berjalan dengan optimal. Namun, jika anemia disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan folat, maka tubuh membutuhkan suplemen vitamin B12 dan asam folat tambahan. Pastikan Anda tidak mengonsumsi suplemen zat besi, vitamin B12, dan folat dalam dosis tinggi, karena bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala, sakit perut, diare dan konstipasi, mual, serta nafsu makan berkurang.
2. Suntikan zat besi
Jika gejala anemia belum hilang meski sudah mengonsumsi suplemen zat besi, dokter akan menjadwalkan suntikan atau infus zat besi. Obat yang diberikan adalah hydroxocobalamin dan cyanocobalamin. Hydroxocobalamin umumnya lebih disarankan, karena efeknya lebih tahan lama di dalam tubuh.
3. Recombinant human erythropoietin
Anemia juga bisa disebabkan oleh tubuh yang tidak bisa memproduksi hormon erythropoietin (EPO). Hormon ini berperan dalam pertumbuhan sel darah merah di dalam darah. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengonsumsi recombinant human erythropoietin. Obat penambah darah ini bisa digunakan untuk pengobatan anemia kronis yang disebabkan oleh gangguan pada hormon erythropoietin, baik pada anak-anak maupun dewasa. Obat ini juga bisa digunakan oleh penderita gagal ginjal kronis, pasien kanker yang menjalani kemoterapi, pasien yang membutuhkan transfusi darah dalam jangka panjang, serta penderita HIV.
4. Obat penambah darah untuk Neutropenia
Pertumbuhan sel darah putih, termasuk neutrofil, terjadi di sumsum tulang dan dikendalikan oleh zat yang disebut granulocyte colony stimulating factor (G-CSF). Jika terjadi gangguan medis yang menghambat kerja G-CSF, makan tubuh akan mengalami neutropenia.
Untuk mengatasinya, ada tiga jenis obat penambah darah yang bisa dikonsumsi, yaitu lenograstim, filgrastim, dan pelfigrastim. Namun, obat ini tidak bisa diberikan kepada pasien dengan alergi terhadap obat G-CSF sintetic, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta penderita leukemia yang belum menjalani kemoterapi. Efek samping yang mungkin timbul dari obat ini adalah sakit kepala, diare, mual, dan nyeri tulang.
5. Antibiotik atau antivirus
Jenis obat ini bisa digunakan oleh anak-anak yang memiliki anemia sel sabit. Pengobatan ini berfungsi untuk membantu mencegah infeksi, seperti pneumonia, yang dapat membahayakan nyawa bayi dan anak. Antibiotik dan antivirus juga biasanya diberikan untuk pengobatan anemia aplastik. Hal ini dikarenakan kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah, karena jumlah sel darah putih untuk melawan virus atau bakteri di dalam tubuh sedikit.