Ketahui Perbedaan Antara Hipertensi dan Hipotensi

Ketahui Perbedaan Antara Hipertensi dan Hipotensi

Ketahui Perbedaan Antara Hipertensi dan Hipotensi

Hipertensi adalah penyakit yang umum dikenal masyarakat. Namun, pernahkah Anda mendengar hipotensi? Ya, hipertensi dan hipotensi sama-sama terjadi ketika tekanan darah tidak normal. Apa perbedaan antara hipertensi dan hipotensi?

Hipertensi dan hipotensi sama-sama berisiko menimbulkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Hipertensi adalah tekanan darah di atas angka 140/80 mmHg atau lebih, sedangkan hipotensi adalah tekanan darah di bawah 90/60 mmHg. Lalu, apa perbedaan hipertensi dan hipotensi? Berikut informasi selengkapnya.

Hipertensi, The Silent Killer

Hipertensi dipicu oleh beragam faktor, misalnya penyakit tertentu, misalnya obesitas atau diabetes, genetik, atau gaya hidup tidak sehat, misalnya konsumsi natrium berlebihan, stres, kebiasaan merokok, dan terlalu banyak minum alkohol.

Hipertensi dijuluki “The Silent Killer”, karena tidak menimbulkan gejala signifikan. Namun, ada beragam gejala hipertensi yang muncul ketika tekanan darah sudah parah dan mengganggu fungsi organ tertentu, yaitu:

  • Nyeri dada.
  • Sulit bernapas.
  • Sakit kepala.
  • Darah di urine.
  • Mual dan muntah.
  • Pusing.
  • Gangguan irama jantung.
  • Penglihatan menurun.

Penanganan hipertensi yang tidak tepat berisiko komplikasi berbahaya, misalnya penyakit ginjal, stroke, dan penyakit jantung koroner.

Hipotensi, Gejala Penyakit Tertentu

Hingga saat ini, kasus hipotensi jarang ditemukan. Kondisi ini berisiko dialami oleh orang yang beraktivitas tinggi atau berolahraga berat. Meski demikian, hipotensi bisa dipicu oleh beragam faktor lain, misalnya penggunaan obat-obatan dan kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung, misalnya gagal jantung dan aritmia, masalah hormon, perdarahan, malnutrisi, dehidrasi.

Seperti halnya hipertensi, hipotensi tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Namun, ada sejumlah gejala yang ditunjukkan ketika seseorang terkena hipotensi, yaitu:

  • Lemas.
  • Mual dan muntah.
  • Sulit bernapas.
  • Sulit konsentrasi.
  • Penglihatan menurun.
  • Hilang keseimbangan.
  • Kulit pucat dan dingin.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Pingsan. 

Hipotensi tidak boleh dianggap enteng, karena berisiko syok yang membahayakan nyawa. Kondisi ini berisiko mengganggu fungsi organ-organ penting, seperti jantung, otak, dan ginjal. Jika tidak ditangani secepatnya, hipertensi berisiko komplikasi, bahkan kematian. 

Selain itu, hipotensi berat tidak boleh dibiarkan tanpa penanganan. Dokter akan meresepkan obat-obatan, misalnya epinefrin, suntikan adrenalin, atau terapi oksigen.

Itulah perbedaan antara hipertensi dan hipotensi yang perlu Anda ketahui. Dengan mengetahui perbedaannya, Anda bisa mendeteksi gejala dan menanganinya dengan tepat.

Cara Mencegah Hipertensi dan Hipotensi

Hipertensi dan hipotensi adalah kondisi yang berbahaya untuk kesehatan. Untuk mencegah hipertensi dan hipotensi, Anda perlu menjaga tekanan darah normal dengan menerapkan beragam cara berikut:

  • Mengelola stres dengan tepat, misalnya yoga, meditasi, mendengarkan musik, tidur cukup, dan melakukan hobi.
  • Berolahraga setidaknya 30 menit per hari.
  • Mempertahankan berat badan ideal.
  • Pola makan sehat, misalnya meningkatkan asupan buah dan sayuran, serta membatasi asupan lemak jenuh dan natrium atau garam.
  • Banyak minum air putih setidaknya 8 gelas per hari.
  • Tidak merokok.
  • Tidak minum alkohol.

Anda juga perlu menghindari beberapa makanan yang memicu hipertensi, misalnya makanan tinggi natrium, makanan tinggi lemak jenuh, dan alkohol. Selain itu, Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan tekanan darah berkala ke dokter untuk memastikan tekanan darah normal atau tidak. Jika tidak normal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk diperiksa lebih lanjut, sehingga diberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout