Ketahui Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang berkurang, sehingga tulang keropos dan mudah patah. Pada tahap awal, osteoporosis tidak menimbulkan gejala yang signifikan dan umumnya diketahui ketika penderitanya jatuh atau cedera yang menyebabkan patah tulang.
Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja. Namun, kondisi ini umumnya dialami oleh perempuan yang memasuki masa menopause akibat penurunan kadar hormon estrogen yang berfungsi untuk menjaga kepadatan tulang. Simak informasi selengkapnya mengenai penyebab, gejala, penanganan, dan pencegahan osteoporosis di artikel ini.
Penyebab Osteoporosis
Osteoporosis adalah ketidakmampuan tubuh untuk mengganti sel tulang yang lama dan rapuh menjadi sel tulang yang baru. Risiko osteoporosis akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama ketika kepadatan tulang tidak terjaga dengan baik sejak usia muda.
Ada beragam faktor yang meningkatkan risiko osteoporosis, yaitu faktor yang tidak bisa dicegah atau dikendalikan (tidak bisa dimodifikasi) dan faktor yang bisa dicegah atau diatasi (bisa dimodifikasi).
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
Ada beragam faktor risiko osteoporosis yang tidak bisa dicegah atau tidak bisa dikontrol, yaitu:
- Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah menopause.
- Berusia di atas 35 tahun.
- Riwayat keluarga pengidap osteoporosis.
Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi
Sedangkan, faktor risiko osteoporosis yang bisa dicegah atau dikendalikan, yaitu:
- Mengidap gangguan hormonal akibat sindrom Cushing, gangguan kelenjar pituitari (hipofisis), atau hiperparatiroidisme.
- Mengidap penurunan kadar hormon testosteron atau estrogen.
- Mengidap gangguan makan, misalnya anorexia nervosa.
- Mengidap gangguan pencernaan, misalnya penyakit Crohn atau gangguan penyerapan zat gizi (malabsorbsi)
- Mengidap kekurangan asupan vitamin D dan kalsium.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya kortikosteroid dalam jangka panjang.
- Perokok aktif.
- Jarang olahraga atau beraktivitas fisik.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Mengidap penyakit tertentu, misalnya hemofilia, cystic fibrosis, leukemia, hemokromatosis, atau penyakit Parkinson.
Gejala Osteoporosis
Meski umumnya tidak menimbulkan gejala yang signifikan di awal, namun ketika kepadatan tulang semakin berkurang, osteoporosis bisa menyebabkan patah tulang akibat tekanan atau benturan ringan.
Tulang retak atau patah akibat cedera ditandai dengan bengkak, nyeri, dan memar di area tulang yang patah. Kondisi ini juga menyebabkan penderitanya sulit menggerakkan bagian tubuh tertentu. Selain itu, ada beragam gejala osteoporosis yang mungkin terjadi, yaitu:
- Tinggi badan berkurang.
- Postur tubuh membungkuk.
- Nyeri punggung akibat tulang belakang patah.
Kapan Harus ke Dokter?
Anda perlu segera ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala osteoporosis di atas. Hal ini dikarenakan tulang patah atau retak memerlukan penanganan medis untuk mengurangi gejala dan menurunkan risiko komplikasi.
Selain itu, jika Anda memiliki faktor risiko osteoporosis, misalnya perempuan yang memasuki masa menopause, berusia lanjut, atau mengidap gangguan hormonal, lakukan pemeriksaan tulang ke dokter secara rutin untuk diberikan penanganan yang tepat, sehingga risiko patah tulang bisa dicegah.
Pengobatan Osteoporosis
Menghindari tulang patah atau retak akibat terjatuh atau cedera adalah cara mengatasi osteoporosis yang utama. Untuk mencegah patah tulang, ada beragam cara yang bisa diterapkan, yaitu:
- Rutin berolahraga, misalnya yoga, untuk menjaga keseimbangan tubuh.
- Tidak memakai alas kaki yang licin, terutama ketika berjalan di luar rumah.
- Menempatkan perabotan rumah tangga secara tepat untuk mencegah risiko terjatuh akibat menabrak perabotan.
- Memakai sandal khusus untuk mencegah terjatuh di kamar mandi.
- Memasang karpet di rumah,
- Memasang pegangan dinding.
Selain itu, dokter bisa meresepkan obat-obatan hormonal atau nonhormonal untuk meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah patah tulang.
Pengobatan Osteoporosis Nonhormonal
Pengobatan nonhormonal mencakup pemberian vitamin tulang, misalnya suplemen vitamin D dan kalsium, strontium ranelate, dan bisfosfonat. Berikut penjelasannya:
- Suplemen vitamin D dan kalsium. Kalsium berperan penting untuk meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah patah tulang. Dokter bisa menyesuaikan dosis suplemen vitamin D dan suplemen kalsium sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.
- Bisfosfonat. Obat untuk meningkatkan kepadatan tulang dengan cara memperlambat pemecahan jaringan tulang, misalnya etidronate, alendronate, risedronate, ibandronate, dan asam zoledronic.
- Denosumab, berfungsi untuk meningkatkan kepadatan tulang dan diberikan melalui injeksi sebanyak 6 bulan sekali. Obat ini hanya diberikan pada orang yang berisiko tinggi mengalami patah tulang.
Pengobatan Osteoporosis Hormonal
Pengobatan osteoporosis hormonal mencakup pemberian hormon tertentu untuk meningkatkan kepadatan tulang, yaitu:
- Hormon estrogen. Terapi penggantian hormon dilakukan untuk perempuan yang memasuki masa menopause. Namun, terapi ini bisa meningkatkan risiko penyakit lain, misalnya kanker ovarium, kanker payudara, dan stroke, sehingga hanya bisa dilakukan sesuai anjuran dokter.
- Hormon testosteron. Terapi ini dilakukan untuk pria yang mengidap hipogonadisme, yaitu ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon seks dengan baik.
- Selective estrogen receptor modulators (SERMs). Obat jenis SERMs yang umum diberikan untuk mengatasi osteoporosis adalah raloxifene. Obat ini berfungsi untuk menjaga kepadatan tulang dan mencegah risiko patah tulang.
- Obat penumbuh tulang. Obat ini diberikan kepada pasien dengan kepadatan tulang yang sangat rendah untuk meningkatkan kepadatan tulang. Obat berbentuk suntik ini meliputi romosozumab, teriparatide, dan danabaloparatide.
- Calsitonin, yaitu hormon yang diberikan dalam bentuk suntik atau nasal spray untuk meningkatkan kepadatan tulang dengan cara menghambat sel-sel yang berfungsi untuk meluruhkan tulang.
Dokter juga bisa memberikan obat yang dapat menstimulasi pembentukan tulang, misalnya abaloparatide dan teriparatide. Selain itu, dokter akan merekomendasikan pasien untuk menghindari aktivitas yang bisa menyebabkan cedera atau terjatuh.
Pencegahan Osteoporosis
Jika tidak ditangani dengan tepat, osteoporosis bisa menimbulkan patah tulang pada tulang pinggul dan tulang belakang. Kondisi ini bisa menyebabkan beragam keluhan, misalnya gangguan sistem gerak, nyeri, penurunan produktivitas, postur tubuh bungkuk, nyeri punggung, dan tinggi badan berkurang.
Untuk menurunkan risiko osteoporosis, Anda bisa menerapkan beragam upaya pencegahan, yaitu:
- Rutin berolahraga, misalnya angkat beban.
- Tidak merokok.
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Mengonsumsi makanan kaya vitamin D dan kalsium, misalnya susu sapi dan susu kedelai.
- Mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin sesuai anjuran dokter.
- Hindari mengonsumsi obat tanpa anjuran dokter, terutama obat kortikosteroid.
Untuk perempuan yang memasuki masa menopause atau berusia lanjut, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan tulang secara rutin ke dokter. Untuk mencegah osteoporosis, dokter bisa merekomendasikan terapi penggantian hormon.
Sedangkan orang yang berusia lanjut dianjurkan untuk rutin berolahraga agar tulang dan otot tetap kuat, serta keseimbangan dan koordinasi tubuh terjaga. Beragam jenis olahraga yang direkomendasikan untuk lansia, misalnya bersepeda, berjalan, berenang, dan yoga.