Ketahui Penyebab Dejavu dan Cara Mengatasinya
Pernahkah Anda merasa familiar dengan suatu kejadian yang baru pertama kali dialami? Jika pernah, kondisi tersebut adalah bentuk dejavu. Dalam bahasa Prancis, dejavu berarti “pernah melihat”. Meski umumnya tidak berbahaya, namun dejavu bisa disebabkan oleh gangguan pada otak.
Dejavu adalah kondisi yang umum dialami dan bisa hilang dengan sendirinya. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, dejavu bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Lalu, apa saja penyebab dejavu, serta bisakah diatasi? Berikut penjelasannya.
Penyebab Dejavu
Hingga saat ini, para ahli belum bisa memastikan penyebab dejavu. Namun, ada beragam kondisi yang bisa menyebabkan dejavu, yaitu:
- Kelebihan dopamin. Kadar dopamin yang berlebihan di tubuh bisa mengganggu cara kerja sel-sel saraf akibat rangsangan yang berlebihan. Kondisi ini ditandai dengan dejavu berulang, agresif, serta sulit mengontrol emosi dan perilaku.
- Gangguan pada sirkuit otak. Gangguan antara sirkuit bisa menyebabkan informasi langsung ditransfer ke area otak yang menyimpan memori jangka panjang. Kondisi ini ditandai dengan dejavu.
- Epilepsi. Epilepsi pada lobus temporal, yaitu area otak yang mengatur memori dan emosi, bisa menyebabkan dejavu, perasaan gembira atau takut secara tiba-tiba, perubahan panca indera, serta mual.
- Efek samping obat-obatan. Amantadine dan phenylpropanolamine adalah obat yang berfungsi untuk menghambat perkembangan virus di dalam tubuh dan mengurangi hidung mampet. Jika kedua obat tersebut dikonsumsi secara bersamaan, bisa menimbulkan efek samping berupa dejavu.
- Migrain. Dejavu juga bisa menandakan migrain. Dejavu karena migrain disebabkan oleh gangguan pada otak yang mengatur sinyal antarsel saraf, serta pembuluh darah dan senyawa kimia di otak.
Penanganan Dejavu
Dejavu umumnya bisa hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan medis. Namun, jika dejavu mengganggu aktivitas sehari-hari atau disebabkan oleh kondisi medis di atas, diperlukan penanganan medis. Penanganan yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi dejavu adalah kombinasi terapi dan obat-obatan. Berikut penjelasannya:
- Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang dilakukan untuk mengubah pola pikir yang salah, sehingga dapat mengendalikan dan mengelola keluhan akibat dejavu, serta menurunkan tingkat kekambuhan gejala.
2. Deep brain stimulation
Deep brain stimulation adalah jenis terapi yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi dejavu akibat epilepsi. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi gejala dejavu akibat epilepsi dengan cara mengalirkan listrik pada tegangan tertentu untuk menyeimbangkan sinyal listrik di dalam otak.
3. Obat-obatan
Untuk mengatasi dejavu yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya skizofrenia, dokter akan memberikan obat antipsikotik, seperti haloperidol, fluphenazine, clozapine, dan risperidone.
Dejavu yang muncul sesekali adalah kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika dejavu muncul terus-menerus dan disertai dengan gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya, segera ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dengan begitu, penyebabnya bisa dipastikan dan diberikan penanganan yang sesuai kondisi Anda.
Jika ada pertanyaan terkait cara-cara mencegah dejavu, konsultasikan ke dokter untuk diberikan saran dan rekomendasi yang tepat.