Ketahui Penyebab Cephalgia, Gejala, dan Penanganannya

cephalgia

Ketahui Penyebab Cephalgia, Gejala, dan Penanganannya

Sakit kepala adalah gangguan kesehatan yang umum dialami, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu jenis sakit kepala yang tidak boleh dianggap sepele adalah cephalgia.

Dikutip dari Journal of Cardiology Case, Cephalgia adalah jenis sakit kepala yang berisiko muncul kapan saja. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab cephalgia, sehingga bisa ditangani dengan tepat. Simak informasi selengkapnya mengenai penyebab dan penanganan cephalgia di artikel ini.

Penyebab Cephalgia Berdasarkan Jenisnya

Berdasarkan jenisnya, yaitu primer dan sekunder, berikut penyebab cephalgia yang perlu Anda ketahui:

1. Cephalgia primer.

Jenis ini bersifat akut, tiba-tiba, dan berlangsung singkat. Ada beragam faktor yang memicu cephalgia primer, misalnya genetik, usia, stres, dehidrasi, konsumsi alkohol tertentu, perubahan hormon, gangguan tidur, pola makan tidak sehat, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Sakit kepala yang termasuk cephalgia primer adalah sakit kepala tegang dan migrain. Sakit kepala tegang ditandai dengan sakit di seluruh kepala dan penanganannya berupa tidur yang cukup, minum air putih yang cukup, dan penggunaan obat pereda rasa sakit tanpa resep, seperti ibuprofen dan acetaminophen. Sedangkan, migrain ditandai dengan gejala-gejala berupa pusing, mual, kelelahan, gangguan penglihatan, dan emosi yang tidak terkendali. Untuk mengatasi migrain, pijat, tidur di tempat yang tenang dan gelap, kompres panas atau dingin, dan penggunaan obat pereda nyeri, bisa menjadi pilihan yang tepat.

2. Sakit kepala sekunder.

Cephalgia sekunder adalah sakit kepala yang menyakitkan dan muncul tiba-tiba. Meski jarang ditemukan, namun cephalgia sekunder umumnya lebih berbahaya dan ditandai dengan gejala-gejala berdasarkan faktor-faktor yang mendasarinya. Sakit kepala ini juga disebabkan oleh penyakit atau trauma di area dengan sensitivitas nyeri yang tinggi, misalnya wajah, leher, atau kepala. Ada beragam faktor yang meningkatkan risiko cephalgia sekunder, misalnya cedera atau trauma di otak atau leher, pendarahan otak, infeksi, tumor otak, atau penyakit yang lebih serius lainnya. Selain itu, sakit kepala ini disebabkan oleh keracunan karbon monoksida, sleep apnea, penggunaan obat-obatan tertentu, kekurangan oksigen (hipoksia), atau penggunaan alkohol atau narkoba.

Gejala Cephalgia

Ada beragam gejala cephalgia yang perlu diwaspadai. Berikut penjelasannya:

  • Sakit kepala yang menekan.
  • Nyeri berdenyut.
  • Nyeri yang menusuk.
  • Nyeri menyerupai disengat listrik.
  • Sakit kepala yang eksplosif.

Secara fisik, cephalgia ditandai dengan gejala-gejala berikut:

  • Mata berair.
  • Kelopak mata terkulai.
  • Kelopak mata tertutup.
  • Mual dan muntah.
  • Vertigo.
  • Pupil melebar.

Pada kasus tertentu, cephalgia menandakan penyakit yang lebih serius, yaitu:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Pendarahan di area otak dan lapisan meningen.
  • Keracunan karbon monoksida.
  • Kekurangan oksigen saat tidur atau sleep apnea.
  • Pembengkakan di otak akibat penumpukan cairan di tengkorak.
  • Pecahnya arteri dan vena serebral atau stroke.
  • Infeksi otak, misalnya meningitis atau abses.
  • Tumor otak.

Penanganan Cephalgia

Agar efektif, penanganan cephalgia perlu disesuaikan dengan jenis dan pemicunya. Untuk sakit kepala tegang, penanganannya berupa teknik relaksasi yang dikombinasikan dengan olahraga dan pemberian paracetamol atau ansiolitik. Untuk migrain, akan diberikan antiinflamasi nonsteroid atau triptan.

Jika cara-cara di atas tidak efektif menghilangkan cephalgia, konsultasikan ke dokter untuk perawatan dan pengobatan yang tepat.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout