Hipertensi: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan
Hipertensi atau darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah hingga mencapai angka 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak ditangani dengan tepat, hipertensi bisa menimbulkan komplikasi yang membahayakan nyawa, misalnya penyakit ginjal, gagal jantung, dan stroke.
Tekanan darah orang dewasa yang normal adalah 120/80 mmHg. Namun, peningkatan tekanan darah terus-menerus bisa menyebabkan jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, jantung akan membesar dan merusak pembuluh darah, sehingga ginjal tidak berfungsi dengan baik. Lalu, apa penyebab dan gejala hipertensi, serta bisakah disembuhkan? Berikut informasi selengkapnya.
Penyebab Hipertensi
Ada dua jenis hipertensi berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah jenis yang penyebabnya belum bisa dipastikan dan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Hipertensi primer adalah jenis yang umum ditemukan.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah jenis yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu, yaitu:
- Hipertiroidisme.
- Penyakit ginjal.
- Kelainan bawaan pada pembuluh darah.
- Penyakit jantung bawaan.
- Sleep apnea.
- Penyalahgunaan NAPZA.
- Kecanduan alkohol.
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, pil KB, atau dekongestan.
Selain itu, ada beragam faktor yang meningkatkan risiko hipertensi, yaitu:
- Sedang hamil.
- Jarang olahraga atau beraktivitas fisik.
- Berusia di atas 65 tahun.
- Riwayat keluarga pengidap hipertensi.
- Merokok.
- Mengidap diabetes, sleep apnea, obesitas, atau penyakit ginjal.
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Konsumsi makanan tinggi garam secara berlebihan.
Gejala Hipertensi
Hipertensi umumnya tidak menimbulkan gejala yang signifikan hingga tekanan darah sudah sangat tinggi, yaitu mencapai 180/120 mmHg atau lebih. Berikut gejala-gejala yang muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi:
- Sakit kepala.
- Mual dan muntah.
- Nyeri dada.
- Mimisan.
- Telinga berdenging.
- Gangguan penglihatan.
- Gangguan irama jantung.
Penanganan Hipertensi
Penanganan hipertensi berfokus pada perbaikan gaya hidup dan pemberian obat-obatan. Berikut penjelasannya:
- Perbaikan gaya hidup
Dokter akan merekomendasikan perbaikan gaya hidup untuk menurunkan darah tinggi dan mengontrol tekanan darah. Berikut gaya hidup yang perlu diterapkan oleh penderita hipertensi:
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Menjaga berat badan ideal.
- Membatasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak.
- Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok.
- Rutin berolahraga dan beraktivitas fisik.
- Membatasi konsumsi minuman berkafein.
- Mengelola stres dengan melakukan teknik relaksasi, misalnya meditasi atau yoga.
2. Pemberian obat-obatan
Selain perubahan gaya hidup, dokter akan memberikan obat untuk mengontrol tekanan darahnya, yaitu:
- ACE inhibitor.
- Antagonis kalsium, misalnya nifedipine dan amlodipine.
- Angiotensin-2 receptor blocker (ARB).
- Diuretik, misalnya hydrochlorothiazide atau indapamide.
- Diuretik hemat kalium, misalnya spironolactone.
- Penghambat beta, misalnya bisoprolol dan atenolol.
- Vasodilator, misalnya minoxidil.
- Penghambat renin, misalnya aliskiren.
- Penghambat alfa, misalnya reserpine
Pencegahan Hipertensi
Risiko hipertensi bisa dikurangi dengan menerapkan beragam cara, yaitu:
- Tidur yang cukup.
- Menjaga berat badan ideal.
- Rutin berolahraga.
- Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak, misalnya sayuran dan buah.
- Membatasi jumlah garam dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.