Gejala Kurang Darah Atau Anemia yang Perlu Ditangani Dokter Spesialis

Gejala Kurang Darah Atau Anemia yang Perlu Ditangani Dokter Spesialis

ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty

Pada kondisi tertentu, kurang darah atau anemia bisa menimbulkan gejala yang cukup serius dan perlu ditangani oleh dokter spesialis. Meski demikian, gejala tersebut sering kali diabaikan dan dianggap bisa sembuh dengan sendirinya. 

Anemia disebabkan oleh beragam faktor. Oleh karena itu, pengobatan anemia bisa berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini dikarenakan pengobatan harus disesuaikan dengan penyebab anemia. Meski tidak semua kasus anemia harus ditangani dokter, namun ada beberapa gejala kurang darah atau anemia yang perlu ditangani dokter. Apa saja gejala kurang darah atau anemia yang perlu ditangani dokter? Berikut penjelasannya. 

Kurang darah atau anemia umumnya ditandai dengan adanya gejala pusing, lemas, dan pucat. Namun, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter spesialis jika gejala kurang darah disertai dengan beberapa gejala berikut:

  • Kelelahan, sesak napas, kulit terlihat pucat, dan denyut jantung cepat yang terjadi terus-menerus.
  • Pola makan yang buruk disertai dengan asupan vitamin dan mineral yang tidak tercukupi sesuai kebutuhan sehari-hari.
  • Mengalami gejala maag termasuk gastritis, wasir/ambeien, BAB dengan tinja berdarah, atau lembek.
  • Periode menstruasi yang sangat berat.
  • Memiliki riwayat keluarga yang menderita anemia atau riwayat anemia herediter.
  • Mengalami gejala setelah terpapar timbal.

Jika Anda mengalami gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter sebelum gejala anemia semakin parah. Hal ini dikarenakan anemia yang tidak segera diobati bisa menimbulkan komplikasi yang serius.

Komplikasi Anemia yang Perlu Diwaspadai

Sel darah merah, terutama hemoglobin, berperan penting dalam memasok oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadarnya turun dan tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi berikut:

1. Masalah jantung

Kekurangan darah dalam tubuh membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin. Akibatnya, jantung perlu memompa ekstra keras untuk memastikan darah yang mengandung oksigen beredar ke seluruh tubuh. Namun, pekerjaan yang berat ini secara perlahan akan membebani jantung, sehingga menyebabkan komplikasi, seperti pembesaran jantung, terdengar suara murmur jantung, hingga gagal jantung.

2. Menurunnya sistem kekebalan tubuh

Anemia defisiensi zat besi bisa menyebabkan sistem kekebalan tubuh terganggu, yang membuat Anda lebih berisiko terkena infeksi dan mengurangi kemampuan tubuh untuk melawannya.

3. Depresi

Anemia pernisiosa bisa menyebabkan depresi. Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi zat besi juga lebih berisiko mengalami depresi pasca persalinan.

4. Masalah kehamilan

Salah satu kelompok individu yang berisiko tinggi mengalami anemia adalah ibu hamil. Jika anemia pada ibu hamil cukup parah dan tidak segera diobati atau diatasi, maka dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah, kelahiran prematur, hingga perdarahan saat persalinan. Anemia juga meningkatkan risiko bayi mengalami anemia selama masa pertumbuhannya.

5. Pertumbuhan terhambat

Penelitian menemukan bahwa zat besi penting dan dibutuhkan otak untuk berkembang dengan baik. Bayi atau anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi, berisiko mengalami keterlambatan perkembangan mental, kognitif, dan motorik.

6. Sindrom kaki gelisah

Penyakit Willis-Ekbom atau yang disebut sebagai sindrom kaki gelisah juga merupakan salah satu komplikasi anemia. Kondisi ini terjadi ketika sistem saraf menghasilkan dorongan yang tidak tertahankan untuk menggerakkan kaki. Dorongan ini biasanya dirasakan pada sore dan malam hari.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout