Fimosis pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Fimosis pada Anak- Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Fimosis pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Fimosis pada anak laki-laki merupakan hal yang normal. Hal ini dikarenakan perkembangan kulit kepala penis yang belum sempurna. 

Dikutip situs rsuddrsoedirman.kebumenkab.go.id, fimosis merupakan kondisi saat kulup penis menempel pada kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi semula. Selain dialami bayi, fimosis dapat dialami oleh anak laki-laki dengan usia di bawah 5 tahun. 

Tidak jarang fimosis dapat berlanjut hingga anak menginjak dewasa. Apabila tidak disertai dengan keluhan, maka fimosis tidak menjadi masalah. Namun, jika anak mengalami fimosis dengan sejumlah gejala dan keluhan yang mengganggu, maka lebih baik untuk segera diperiksakan dan ditangani dengan tepat. 

Penyebab Fimosis pada Anak

Fimosis pada anak dapat disebabkan oleh berbagai hal. Jika ini terjadi pada bayi, maka hal ini dapat disebabkan faktor bawaan yang ada sejak ada di dalam kandungan. Biasanya fimosis pada bayi tidak perlu ditangani secara khusus. 

Sebab, fimosis pada bayi bisa membaik sesuai perkembangan dan pertumbuhan anak. Meski demikian, fimosis pada bayi tidak boleh dianggap remeh, sebab dapat menyebabkan gangguan serius hingga peradangan pada kepala penis.

Selain itu, ada juga penyebab lainnya yang mengakibatkan fimosis. Salah satunya, bayi yang sering mengalami ruam popok akan lebih rentan terhadap fimosis. Jadi, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis pada anak-anak. 

Gejala Fimosis 

Saat anak mengalami fimosis, maka akan ada sejumlah gejala yang terlihat sebagai berikut:    

  • Kulup menempel dengan kepala penis.
  • Kulup terasa sakit dan bengkak.
  • Adanya kotoran berwarna putih dan berbau asam dari kulup.
  • Aliran urine melemah.
  • Nyeri di bagian bawah perut.

Selain itu, berdasarkan Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita, Ida Baroroh, (2024:262),apabila fimosis disertai dengan gejala, seperti: kemerahan, nyeri, bengkak, atau sulit untuk buang air, maka maka segera lakukan penanganan medis. 

Bayi bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, jika tidak ditangani dengan baik, maka hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.  

Cara Menangani Fimosis  

Apabila anak mengalami fimosis, maka orang tua tidak perlu khawatir. Berdasarkan situs ners.umku.ac.id, ada dua cara penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. 

1. Pemberian Obat

Cara penanganan yang pertama adalah pemberian obat oleh dokter guna meredakan gejala fimosis. Misalnya, kortikosteroid topikal dalam bentuk salep, krim, atau gel.

Obat tersebut akan bekerja untuk meningkatkan elastisitas kulup agar mudah untuk ditarik ke belakang kepala penis. Selain itu, dokter juga kerap meresepkan krim antibiotik atau antijamur jika fimosis yang terjadi disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. 

2. Sunat

Cara lainnya yang kerap dilakukan untuk mengatasi fimosis adalah dengan proses sunat, terutama jika pemberian obat tidak berhasil. Sunat merupakan pelepasan kulup yang menutupi ujung kepala penis. 

Umumnya, dokter akan menyarankan tindakan operasi atau sunat apabila fimosis sudah sangat mengganggu hingga menyebabkan infeksi saluran kemih. Jadi, sangat disarankan untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.  

Cara Mencegah Fimosis 

Selain mengetahui cara penanganannya, orang tua juga perlu tahu cara mencegah fimosis. Terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini pada anak-anak, yakni: 

  1. Melakukan sunat sejak dini.
  2. Membersihkan penis dengan air bersih secara perlahan-lahan. 
  3. Pastikan kondisi penis tetap kering agar tidak lembap.

Itu dia informasi mengenai fimosis pada anak, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pencegahan dan penanganannya. Dengan mengetahui informasi seputar fimosis secara lengkap, maka orang tua bisa melakukan pencegahan sejak dini.  

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout