Dislokasi: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan

Cara memilih popok bayi newborn yang tepat

Dislokasi: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan

ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty

Sendi adalah titik pertemuan dua tulang atau lebih yang berperan sebagai penghubung antara tulang-tulang ketika bergerak. Kesehatan sendi perlu dijaga agar terhindar dari beragam gangguan sendi, salah satunya dislokasi.

Dislokasi adalah pergeseran tulang atau keluarnya tulang dari posisi seharusnya di sendi yang bisa terjadi pada semua sendi, misalnya panggul, rahang, siku, dan lutut. Jika tidak ditangani dengan tepat, dislokasi bisa meningkatkan risiko cacat permanen. Lalu, apa penyebab dan gejala dislokasi, serta bisakah disembuhkan? Berikut informasi selengkapnya.

Penyebab Dislokasi

Penyebab umum dislokasi adalah tekanan atau benturan keras pada sendi. Ada beragam kondisi yang bisa meningkatkan risiko dislokasi, yaitu:

  • Kecelakaan ketika berkendara.
  • Cedera yang disebabkan oleh olahraga yang melibatkan kontak fisik, misalnya seni bela diri atau sepak bola.
  • Terjatuh, misalnya terpeleset.

Faktor Risiko Dislokasi

Meski bisa dialami oleh siapa saja, namun ada beragam faktor yang meningkatkan risiko dislokasi, yaitu:

  • Usia lanjut atau anak-anak.
  • Berolahraga yang melibatkan kontak fisik.
  • Orang dengan keseimbangan yang buruk dan otot yang lemah, misalnya pengidap distrofi otot.
  • Mengidap penyakit keturunan yang menyebabkan gangguan pada sendi, misalnya sindrom Ehlers-Danlos.
  • Tubuh yang rentan jatuh, misalnya penggunaan salah satu bagian tubuh untuk menahan, seperti bahu atau lengan.
  • Genetik. Misalnya, orang yang terlahir dengan ligamen-ligamen tubuh yang longgar berisiko mengalami pergeseran sendi yang menyebabkan dislokasi.

Gejala Dislokasi

Gejala dislokasi bisa berbeda-beda, tergantung lokasi dislokasi dan tingkat keparahan. Berikut gejala-gejala dislokasi yang umumnya muncul:

  • Sendi memar dan bengkak.
  • Nyeri pada sendi yang cedera.
  • Bentuk sendi yang tidak normal.
  • Nyeri ketika sendi digerakkan.
  • Sendi yang cedera menjadi kemerahan atau menghitam.
  • Mati rasa pada sendi yang cedera.

Kapan Harus ke Dokter?

Seperti disebutkan sebelumnya, jika tidak ditangani dengan tepat, dislokasi bisa menimbulkan komplikasi, misalnya cacat permanen dan kerusakan saraf di area sendi. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala sendi di atas, segera ke dokter untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Untuk pertolongan pertama sambil menuju ke dokter, kompres dingin pada area sendi yang terkena dislokasi dan pastikan area yang dislokasi tidak bergerak.

Diagnosis Dislokasi

Dislokasi memiliki gejala yang menyerupai patah tulang, sehingga kerap tertukar dan sulit untuk didiagnosis. Oleh karena itu, untuk mendiagnosis dislokasi, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait aktivitas yang meningkatkan risiko dislokasi dan gejala yang dialami oleh pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui bagian sendi yang diduga mengalami dislokasi, serta memeriksa sirkulasi darah di area tersebut.

Jika dokter mencurigai Anda mengalami dislokasi dan ingin memastikan kondisi dislokasi, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang sesuai bagian tubuh yang terdampak, yaitu:

  • Rontgen, untuk memastikan dislokasi atau kerusakan lain pada sendi.
  • MRI, untuk memastikan kerusakan pada struktur jaringan lunak di bagian sendi yang terkena dislokasi.

Penanganan Dislokasi

Penanganan dislokasi tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi sendi yang dislokasi. Penanganan dislokasi difokuskan untuk mengembalikan tulang yang bergeser atau keluar ke posisi normalnya, serta mencegah kerusakan pada pembuluh darah di sekitar sendi atau saraf. Berikut beberapa penanganan dislokasi yang umum diberikan:

  1. Perawatan medis

Berikut perawatan medis yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengatasi dislokasi:

  • Tindakan reduksi, untuk mengembalikan tulang ke posisi normalnya.
  • Imobilisasi, untuk menopang tulang dan mencegah pergerakan sendi yang sudah kembali ke posisi normalnya untuk mempercepat penyembuhan.
  • Operasi. Jika dislokasi tidak bisa diatasi dengan reduksi atau terjadi kerusakan pada saraf, pembuluh darah, atau ligamen pada sekitar sendi, akan dilakukan operasi.
  • Rehabilitasi, untuk meningkatkan kekuatan sendi dan melatih pasien agar bisa bergerak secara normal. 

2. Obat-obatan

Untuk mengurangi nyeri dan peradangan akibat dislokasi, dokter akan memberikan obat pereda nyeri, misalnya naproxen atau ibuprofen.

3. Perawatan mandiri 

Setelah perawatan medis dan obat-obatan diberikan, perawatan mandiri bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan akibat dislokasi. Berikut perawatan mandiri yang umum dilakukan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan akibat dislokasi:

  • Mengistirahatkan sendi yang terkena dislokasi dan tidak melakukan gerakan yang menimbulkan nyeri.
  • Kompres sendi dengan air hangat atau es selama 20 menit secara rutin beberapa kali dalam sehari.
  • Melakukan gerakan-gerakan ringan secara perlahan sesuai instruksi dokter untuk melatih sendi agar bisa bergerak secara normal.

Komplikasi Dislokasi

Jika tidak ditangani dengan tepat, dislokasi bisa menimbulkan komplikasi, baik bersifat akut maupun kronis. Ada beragam komplikasi akut dislokasi, yaitu:

  • Perdarahan akibat kerusakan pada jaringan lunak.
  • Patah tulang (fraktur).
  • Infeksi pada tulang dan sendi.
  • Kerusakan saraf dan pembuluh darah pada area sendi.

Sedangkan beberapa komplikasi kronis dislokasi, yaitu:

  • Kaku, sehingga membatasi ruang gerak.
  • Ketidakstabilan sendi.
  • Peradangan pada sendi.
  • Kematian jaringan (avascular necrosis).

Pencegahan Dislokasi

Untuk mencegah dislokasi, ada beragam cara yang bisa diterapkan, yaitu:

  • Mengantisipasi risiko kecelakaan atau terjatuh saat beraktivitas.
  • Penggunaan alat pelindung, terutama ketika berolahraga atau melakukan aktivitas yang berpotensi dislokasi.
  • Penggunaan karpet yang tidak licin di rumah.
  • Tidak berdiri di permukaan yang tidak stabil, misalnya kursi atau meja.
  • Rutin berolahraga untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan otot-otot tubuh.
  • Menjaga kamar mandi di rumah tetap kering dan tidak licin.
  • Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang memadai ketika melakukan aktivitas yang berisiko cedera, misalnya pekerja bangunan.
  • Selalu memperhatikan jalan ketika sedang berjalan di luar rumah.
  • Penggunaan kacamata atau lensa kontak agar bisa melihat kondisi sekitar dengan lebih jelas, terutama jika Anda mengalami gangguan penglihatan. 
  • Jika Anda sedang mengonsumsi obat tertentu, pahami setiap efek samping yang dialami, misalnya pusing atau sakit kepala.

Dislokasi pada anak juga bisa dicegah dengan menerapkan beragam cara berikut:

  • Mengawasi anak ketika bermain.
  • Simpan barang-barang di rumah yang berisiko menyebabkan anak cedera di tempat yang aman.
  • Pastikan area rumah aman dari hal-hal yang berpotensi menyebabkan anak cedera.
  • Ajari anak berperilaku aman, terutama ketika bermain atau beraktivitas.
  • Latih anak untuk membereskan dan menyimpan mainan di tempat yang aman untuk mencegah diri dan orang lain terpeleset.
  • Penggunaan pintu pengaman di tangga untuk mencegah anak terjatuh dan menyebabkan cedera.

Jika Anda mengalami gejala-gejala dislokasi di atas, segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Dengan begitu, risiko komplikasi bisa dikurangi. Jika ada pertanyaan terkait penanganan dan pencegahan dislokasi, konsultasikan ke dokter untuk diberikan rekomendasi yang tepat.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout