Ciri-Ciri Hipotermia Ringan Hingga Berat

Ciri-Ciri Hipotermia Ringan Hingga Berat

Ciri-Ciri Hipotermia Ringan Hingga Berat

Ketika seseorang terpapar suhu udara dingin berlebihan, dapat berisiko hipotermia. Namun, ciri-ciri hipotermia muncul secara bertahap, sehingga sering tidak disadari penderitanya. Ketahui ciri-ciri hipotermia lebih lanjut, mulai dari ringan hingga berat.

Dalam dunia medis, hipotermia berisiko merusak organ-organ penting, seperti jantung dan otak, dan bahkan kematian, jika tidak cepat ditangani. Berikut ciri-ciri hipotermia ringan hingga berat yang perlu Anda ketahui.

Ketahui Ciri-Ciri Hipotermia Ringan Hingga Berat 

Ketika seseorang berada di cuaca dingin berlebihan, umumnya ditandai dengan menggigil, yaitu cara tubuh untuk menghangatkan dirinya. Ciri hipotermia terdiri dari tiga tahap, mulai dari ringan hingga berat. Setiap tahap hipotermia menimbulkan ciri yang berbeda-beda, yaitu:

1. Hipotermia ringan:

  • Pernapasan dan detak jantung meningkat.
  • Penyempitan pembuluh darah, sehingga tubuh terasa dingin dan pucat.
  • Gerak refleks menurun.
  • Kelelahan.
  • Mengantuk.
  • Mati rasa.

2. Hipotermia sedang:

  • Tingkat kesadaran menurun.
  • Tidak lagi menggigil.
  • Tekanan darah menurun.
  • Pernapasan dan detak jantung melemah.
  • Inkontinensia urine atau ketidakmampuan seseorang mengontrol buang air kecil yang disebabkan oleh terhambatnya aliran darah di area tubuh tertentu akibat peningkatan kerja ginjal.

3. Hipotermia berat:

  • Respon dan kesadaran hilang.
  • Otot tegang.
  • Ketidakmampuan mata dalam merespon cahaya.
  • Detak jantung melambat dan tidak teratur.
  • Masih ada laju pernapasan dan denyut nadi, namun sulit dideteksi.

Penyebab Hipotermia

Paparan cuaca dingin yang berlebihan, terutama jika tidak dilindungi dengan pakaian yang memadai, memicu hipotermia. Selain itu, berikut sejumlah faktor yang berisiko menyebabkan hipotermia:

  • Berada di air berlebihan, misalnya kecelakaan di laut.
  • Paparan zat kimia beracun.
  • Berada di ruangan berpendingin berlebihan.
  • Infeksi, misalnya sepsis.

Selain itu, ada beragam faktor yang membuat seseorang rentan terkena hipotermia, seperti:

  • Penderita penyakit mental

Pengidap penyakit mental, misalnya demensia, skizofrenia, atau bipolar disorder, berisiko tinggi terkena hipotermia. Hal ini dipicu oleh tingkat kesadaran yang menurun, sehingga tidak mengetahui kondisi yang dialami.

  • Usia

Lansia dan bayi adalah kelompok usia yang berisiko tinggi hipotermia. Hal ini dikarenakan kemampuan lansia dan bayi dalam mengatur suhu tubuh berkurang.

  • Menderita penyakit tertentu

Ada sejumlah penyakit yang memicu hipotermia, misalnya penyakit Parkinson, hipotiroidisme, diabetes, stroke, radang sendi, malnutrisi, dan dehidrasi.

  • Penggunaan alkohol dan narkoba

Penggunaan alkohol dan narkoba berlebihan memicu kehilangan kemampuan atau kesadaran ketika terpapar suhu dingin, sehingga berisiko tinggi terkena hipotermia.

  • Penggunaan obat-obatan tertentu

Penggunaan obat-obatan, misalnya antipsikotik, antidepresan, dan sedatif, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.

Penanganan Hipotermia

Penanganan awal hipotermia adalah memastikan pernapasan dan denyut nadi penderita. Jika melambat, sebaiknya terapkan resusitasi jantung paru (CPR). Namun, jika pernapasan dan denyut nadinya normal, berikut beragam cara yang bisa diterapkan untuk meringankan hipotermia:

  • Jika penderita memakai pakaian basah, segera lepaskan dengan cara memotongnya.
  • Selimuti penderita hingga wajah, kecuali hidung dan mulut, agar tetap hangat.
  • Tempatkan penderita di area kering dan hangat. Jangan bergerak tiba-tiba, karena berisiko henti jantung.
  • Jangan pakai air atau lampu bersuhu tinggi untuk menghangatkan, karena bisa membuat detak jantung tidak teratur.
  • Pantau dan dampingi penderita hingga bantuan medis datang.

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout