Apa itu Post Traumatic Stress Disorder? Ini Penjelasannya
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Beberapa kejadian traumatis yang menyebabkan PTSD, antara lain kecelakaan, bencana alam, pelecehan seksual, dan perang.
Untuk mengetahui seseorang mengalami PTSD, ada beberapa ciri yang umumnya muncul. Apa ciri-ciri dan penyebab Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)? Berikut penjelasannya.
Penyebab Post Traumatic Stress Disorder
Meski belum diketahui secara pasti, namun, penyebab Post Traumatic Stress Disorder diduga merupakan kombinasi dari beberapa kondisi berikut:
- Riwayat gangguan mental pada keluarga.
- Kepribadian bawaan yang temperamen.
- Pengalaman yang tidak menyenangkan.
Kejadian yang paling sering menyebabkan PTSD, yaitu:
- Kecelakaan.
- Bencana alam.
- Perang.
- Pelecehan seksual.
- Kekerasan fisik.
- Perundungan (bullying).
- Penyakit yang mengancam nyawa, seperti serangan jantung.
- Prosedur medis tertentu, seperti operasi.
Ciri-Ciri Post Traumatic Stress Disorder
Saat seseorang mengalami PTSD, ada beberapa ciri yang ditimbulkan, di antaranya:
1. Pemikiran dan perasaan negatif
Ciri penderita PTSD yang paling umum adalah memiliki pemikiran negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini menyebabkan penderita kehilangan minat melakukan hal-hal yang ia sukai. Penderita juga lebih suka menyendiri, sehingga sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
2. Selalu teringat pada peristiwa traumatis
Selalu teringat pada peristiwa yang memicu trauma juga merupakan ciri PTSD lainnya. Saat mengingat peristiwa traumatis, penderita seolah mengulang kembali peristiwa traumatis, sehingga membuatnya tertekan. Misalnya, sering mengalami mimpi buruk.
3. Perubahan perilaku dan emosi
Peristiwa traumatis membuat penderita PTSD menjadi mudah takut atau marah. Perubahan perilaku ini sering membahayakan dirinya atau orang lain. Efeknya, penderita menjadi sulit tidur dan berkonsentrasi.
Meski bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, namun ada beberapa gejala khusus PTSD pada anak, yaitu:
- Meski sudah bisa buang air kecil di toilet, PTSD membuat anak sering mengompol.
- Sering mengulang kembali peristiwa traumatis melalui permainan.
- Tidak berani jauh dari orang tua atau saudaranya, meskipun hanya sebentar.
Pengobatan PTSD
Berikut beberapa metode yang bisa digunakan untuk meredakan respons emosi pasien dan mengajarkan pasien cara mengendalikan diri dengan baik ketika teringat pada kejadian traumatis:
1. Psikoterapi
Pengobatan ini dilakukan jika PTSD sudah parah, yaitu psikoterapi yang dikombinasi dengan penggunaan obat-obatan. Caranya, dapat dilakukan secara perorangan atau bersama dengan beberapa pasien PTSD lainnya.
Berikut beberapa prosedur psikoterapi yang sering dilakukan untuk mengobati pasien PTSD:
- Terapi perilaku kognitif.
Cara ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir pasien, dari negatif menjadi positif.
- Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR).
Cara ini bertujuan untuk mengubah fokus pasien ke suara atau gerakan benda tertentu saat mengingat peristiwa yang memicu trauma.
- Terapi eksposur.
Cara yang bertujuan untuk membantu pasien mengelola ingatan yang memicu trauma.
2. Obat-obatan
Untuk mengobati pasien PTSD, ada beberapa jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
- Obat Anti-Cemas, untuk mengatasi cemas.
- Obat Prazosin, untuk mencegah mimpi buruk.
- Obat Antidepresan, digunakan untuk mengatasi depresi.
Jika obat-obatan di atas tidak berhasil mengurangi gejala, dokter akan menaikkan dosisnya. Namun, jika efektif, penggunaan obat-obatan akan terus dilakukan, setidaknya hingga 1 tahun, kemudian dihentikan secara bertahap.