ADHD: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan perilaku hiperaktif dan impulsif. Meski umum dialami oleh anak-anak, gejala ADHD bisa muncul hingga dewasa.
ADHD menghambat perkembangan saraf, sehingga mengganggu fungsi tubuh, misalnya ketika bersekolah, bekerja, atau di lingkungan rumah. Lalu, apa penyebab dan gejala ADHD? Berikut informasi selengkapnya.
Penyebab ADHD
Hingga saat ini, tidak diketahui penyebab pasti ADHD. Namun, gangguan mental ini diduga karena senyawa kimia (neurotransmitter) yang tidak seimbang di otak. Ada beragam kondisi yang memicu ADHD, yaitu:
- Riwayat keluarga Pengidap ADHD.
- Paparan neurotoksin saat hamil yang berisiko menghambat perkembangan saraf anak, misalnya timbal dan pestisida.
- Fungsi dan struktur otak, misalnya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak atau fungsi bahan kimia di otak yang tidak optimal.
- Minum alkohol dan merokok saat hamil. Paparan alkohol dan zat-zat kimia di rokok berisiko menghambat perkembangan saraf anak.
Gejala ADHD
Gejala-gejala ADHD pada anak, remaja dan orang dewasa bersifat spesifik. Berikut penjelasannya:
- Gejala ADHD pada anak.
Berikut ciri-ciri ADHD yang umum ditemukan pada anak-anak:
- Kegelisahan yang tidak normal.
- Sulit untuk memperhatikan.
- Tidak mampu mengendalikan diri atau impulsif.
- Sulit fokus ketika belajar di sekolah atau bermain.
- Bergerak atau berlarian terus-menerus.
- Berbicara terus-menerus dan memotong pembicaraan orang lain.
2. Gejala ADHD pada remaja.
Perubahan ciri-ciri ADHD akan dialami oleh remaja. Berikut di antaranya:
- Sulit fokus ketika mengerjakan tugas sekolah atau rumah.
- Ketika mengerjakan tugas sekolah, cenderung melakukan kesalahan.
- Kerap kehilangan barang pribadi.
- Sulit mengatur waktu.
- Sulit membangun hubungan sosial dan keluarga.
- Cenderung frustasi dan sensitif secara emosional.
3. Gejala ADHD pada orang dewasa.
Gejala ADHD pada orang dewasa berbeda dengan anak-anak dan remaja, karena faktor tanggung jawab, yaitu:
- Sulit menyelesaikan tugas.
- Merasa tidak berharga dan gangguan mental.
- Sulit membangun hubungan dengan keluarga, rekan kerja, atau pasangan.
- Minum alkohol berlebihan.
- Rentan cedera atau kecelakaan.
Pengobatan ADHD
Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan ADHD. Namun, gejala ADHD bisa dikurangi dan pengidapnya mampu beraktivitas normal dengan melakukan kombinasi pengobatan berikut:
- Psikoterapi.
Metode ini dilakukan untuk mengobati ADHD yang disertai gangguan mental lain, misalnya depresi. Berikut beragam jenis terapi yang diberikan:
- Terapi perilaku kognitif, untuk memodifikasi pola pikir dan perilaku pengidap ketika menghadapi permasalahan tertentu.
- Terapi psikoedukasi, untuk membantu pengidap menghadapi gejala ADHD dengan baik.
- Terapi interaksi sosial, yang bertujuan agar pengidap bisa menerapkan perilaku sosial yang tepat untuk kondisi tertentu.
2. Obat.
Pemberian obat methylphenidate oleh dokter dilakukan agar kadar senyawa kimia di otak seimbang, sehingga gejala bisa diminimalisir. Meski obat ini aman untuk anak, pemantauan kondisi anak oleh dokter penting dilakukan untuk mengantisipasi efek samping yang serius. Jika muncul efek samping pada anak, dokter akan memberikan obat lain, misalnya atomoxetine dan clonidine.
Seperti disebutkan sebelumnya, ADHD tidak bisa sembuh total. Namun, deteksi dini dan pengobatan yang tepat memungkinkan pengidapnya untuk menyesuaikan diri dengan kondisinya, sehingga bisa beraktivitas dengan baik. Komitmen dan persiapan jangka panjang juga penting agar pengobatan ADHD optimal, misalnya waktu, emosi, hingga finansial.