8 Gejala Osteoporosis dan Faktor Penyebabnya
ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty
Gejala osteoporosis sering kali tidak langsung terlihat pada tahap awal, sehingga banyak orang baru menyadarinya ketika kondisi tulang sudah melemah.
Yuk, pahami berbagai ciri-ciri osteoporosis agar Anda lebih waspada terhadap kesehatan tulang secara jangka panjang!
Apa Itu Osteoporosis?
Osteoporosis sering disebut sebagai penyakit “silent disease” karena orang yang mengalaminya biasanya tidak langsung menyadari adanya perubahan pada tubuh.
Saat tulang dalam kondisi sehat, jaringan tulang yang lama akan diganti dengan jaringan baru secara teratur. Proses ini menjaga kepadatan serta kekuatan tulang agar tetap stabil.
Namun, pada penderita osteoporosis, proses regenerasi tulang tidak berjalan seimbang. Jaringan tulang lama tidak cepat diganti oleh jaringan baru, sehingga massa dan kepadatan tulang berkurang.
Akibatnya, tulang menjadi lemah, rapuh, dan sangat mudah patah. Bahkan, aktivitas ringan seperti mengangkat benda kecil, membungkuk, batuk, atau jatuh ringan bisa memicu patah tulang.
Umumnya, patah tulang akibat osteoporosis paling sering terjadi pada bagian pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang. Inilah yang membuat penting bagi Anda untuk mengenali gejala osteoporosis sejak dini.
Gejala Osteoporosis
Pada tahap awal, gejala osteoporosis memang tidak terlihat jelas. Kebanyakan orang baru menyadari masalah pada tulang mereka setelah kondisinya cukup parah.
Namun, ada beberapa tanda yang bisa menjadi sinyal peringatan bahwa tulang Anda mulai melemah:
1. Nyeri Punggung
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh retakan kecil atau tulang belakang yang kolaps. Rasa sakit dapat muncul secara bertahap dan sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Penurunan Tinggi Badan
Penyusutan tinggi badan secara perlahan adalah salah satu gejala khas dari osteoporosis. Hal ini terjadi karena tulang belakang mulai melemah dan kehilangan kekuatannya untuk menopang tubuh.
3. Postur Tubuh Bungkuk
Seiring berkurangnya kepadatan tulang, postur alami bisa berubah menjadi lebih bungkuk atau stooped posture. Kondisi ini sering terlihat pada orang yang sudah lama mengalami osteoporosis.
4. Patah Tulang yang Tidak Wajar
Tulang yang sehat biasanya tidak mudah patah akibat cedera ringan. Namun, jika Anda mengalami patah tulang hanya karena jatuh kecil atau aktivitas sederhana, itu bisa menjadi gejala osteoporosis serius.
5. Masalah pada Gigi dan Gusi
Hilangnya tulang pada rahang dapat menyebabkan gusi terlihat mundur atau gigi mulai goyah dan lepas. Ini adalah tanda bahwa kepadatan tulang di area rahang juga berkurang.
6. Kekuatan Genggaman Menurun
Osteoporosis dapat membuat otot tangan melemah sehingga kekuatan genggaman berkurang. Hal ini membuat Anda kesulitan memegang benda dengan stabil.
7. Kuku Rapuh
Kuku yang mudah patah atau pecah juga bisa dikaitkan dengan menurunnya kualitas tulang. Walau terlihat sepele, kondisi ini bisa menjadi salah satu gejala osteoporosis.
8. Tulang Belakang Retak
Pada tahap osteoporosis yang lebih parah, tulang belakang bisa benar-benar retak. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan nyeri, tapi juga mengganggu pergerakan dan kualitas hidup Anda.
Penyebab Osteoporosis
Kehilangan massa tulang sebenarnya merupakan bagian alami dari proses penuaan. Namun, pada sebagian orang, proses ini terjadi lebih cepat daripada normal.
Kondisi tersebut bisa memicu osteoporosis dan meningkatkan risiko patah tulang. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab osteoporosis, di antaranya:
1. Usia
Tulang manusia selalu mengalami proses regenerasi, yaitu pembentukan tulang baru sekaligus penguraian tulang lama.
Saat masih muda, tubuh mampu membentuk tulang baru lebih cepat daripada menguraikan tulang lama, sehingga massa tulang terus bertambah.
Puncak massa tulang biasanya tercapai sekitar usia 30 tahun. Setelah itu, proses regenerasi melambat, dan mulai usia 35 tahun, kemampuan tubuh menjaga kepadatan tulang akan menurun.
Seiring bertambahnya usia, massa tulang lebih banyak hilang dibandingkan yang terbentuk. Hal ini menjelaskan mengapa lansia lebih rentan terhadap osteoporosis.
Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2020, prevalensi osteoporosis di Indonesia mencapai 23% pada wanita berusia 50–80 tahun, bahkan meningkat hingga 53% pada wanita berusia 80 tahun ke atas.
2. Jenis Kelamin
Meskipun pria, wanita muda, dan bahkan anak-anak bisa mengalami osteoporosis, wanita tetap memiliki risiko yang lebih tinggi. Risiko ini semakin meningkat pada masa menopause.
Penurunan hormon estrogen yang drastis membuat kepadatan tulang berkurang lebih cepat.
Wanita yang mengalami menopause dini (sebelum usia 45 tahun) atau yang pernah menjalani pengangkatan ovarium juga berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis.
3. Genetik
Riwayat keluarga juga berperan besar dalam risiko osteoporosis. Jika salah satu orang tua atau saudara kandung mengalami osteoporosis, terutama jika orang tua pernah mengalami patah tulang panggul, maka kemungkinan Anda mengalami kondisi serupa akan lebih tinggi.
4. Ukuran Tubuh
Orang dengan ukuran tubuh kecil atau kerangka yang mungil cenderung memiliki massa tulang lebih sedikit.
Artinya, mereka tidak memiliki “cadangan” massa tulang yang cukup untuk menghadapi proses kehilangan tulang seiring bertambahnya usia.
Hal ini membuat mereka lebih berisiko mengalami osteoporosis dibandingkan orang dengan kerangka tubuh lebih besar.
5. Kekurangan Kalsium dan Vitamin D
Kalsium dan vitamin D adalah dua nutrisi penting yang berperan langsung dalam menjaga kesehatan tulang.
Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang, sedangkan vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium secara optimal.
Jika sejak muda tubuh tidak mendapatkan cukup asupan kalsium dan vitamin D, kepadatan tulang akan berkurang, sehingga risiko osteoporosis dan patah tulang di usia lanjut semakin besar.
Untuk membantu menjaga kesehatan tulang, Anda bisa mengonsumsi Caltron, suplemen tulang yang mengandung kalsium, vitamin D, mangan, magnesium, copper, zinc, dan boron. .
6. Kondisi Kesehatan Tertentu
Beberapa masalah kesehatan juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Misalnya, gangguan makan yang menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi penting, atau operasi pada sistem pencernaan yang mengurangi kemampuan tubuh menyerap nutrisi, termasuk kalsium.
Selain itu, beberapa penyakit kronis juga terkait dengan osteoporosis, seperti penyakit celiac, inflammatory bowel disease (IBD), penyakit ginjal dan hati, kanker, multiple myeloma, serta rheumatoid arthritis.
Semua kondisi ini dapat mengganggu metabolisme tulang dan membuat kepadatan tulang menurun lebih cepat.
7. Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang juga bisa memengaruhi kesehatan tulang.
Contohnya, obat anti-estrogen yang biasanya diberikan setelah pengobatan kanker payudara dapat menurunkan kadar hormon pelindung tulang.
Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi seperti prednisone atau cortisone lebih dari 3 bulan dapat mengganggu proses regenerasi tulang.
Beberapa obat lain yang juga dikaitkan dengan osteoporosis adalah obat untuk mengatasi kejang, obat reflux lambung, terapi kanker, hingga obat penekan sistem imun pasca transplantasi organ.
Oleh karena itu, kalau Anda harus mengonsumsi obat-obatan ini dalam jangka panjang, penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai cara menjaga kesehatan tulang.
8. Gaya Hidup Buruk
Kebiasaan sehari-hari juga berperan besar dalam kesehatan tulang. Gaya hidup pasif atau jarang bergerak (sedentary lifestyle) dapat mempercepat penurunan kepadatan tulang.
Sebaliknya, aktivitas fisik seperti berjalan, berlari, menari, melompat, hingga latihan beban bisa memperkuat tulang dan membantu menjaga keseimbangan tubuh.
Selain kurang gerak, konsumsi alkohol berlebihan juga bisa merusak kesehatan tulang. Begitu pula dengan kebiasaan merokok.
Meskipun sering tidak terlihat di awal, gejala osteoporosis bisa dikenali melalui perubahan kecil pada tubuh.
Memperhatikan tanda-tanda ini penting agar Anda bisa segera berkonsultasi ke dokter dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Yuk, terus jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan beli suplemen dan obat dari Pyfa Health!





