5 Cara Mengecek Usus Buntu Sendiri di Rumah

cara mengecek usus buntu sendiri

5 Cara Mengecek Usus Buntu Sendiri di Rumah

ditinjau oleh dr. Carlinda Nekawaty

Usus buntu adalah kondisi ketika organ kecil bernama apendiks mengalami peradangan. Usus buntu terletak di bagian kanan bawah perut dan bentuknya menyerupai kantung kecil seukuran jari. 

Meski fungsinya tidak begitu besar, peradangan pada usus buntu bisa menyebabkan nyeri hebat dan bahkan berisiko pecah jika tidak segera ditangani. 

Karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui cara mengecek usus buntu sendiri agar Anda dapat mengenali tanda-tanda radang usus buntu dengan cepat dan segera memeriksakan diri ke dokter.

Cara Mengecek Usus Buntu Sendiri 

Jika Anda curiga terkena usus buntu, segeralah periksa ke dokter. Dokter akan memeriksa gejala seperti lokasi nyeri dan tanda-tanda lainnya untuk memastikan diagnosis.

Namun, untuk menyelidiki gejala awal, Anda bisa melakukan langkah-langkah ini:

1. Selidiki Nyeri di Perut 

Langkah pertama dalam cara mengecek usus buntu sendiri adalah memperhatikan lokasi dan karakteristik nyeri di perut. 

Umumnya, nyeri dimulai di sekitar pusar dan perlahan berpindah ke bagian kanan bawah perut. Nyeri ini sering kali makin terasa saat Anda batuk, berjalan, atau melakukan gerakan mendadak.

Kalau perut tampak buncit atau terasa kembung parah, bisa jadi itu tanda peradangan sudah cukup berat dan apendiks mungkin sudah pecah. 

2. Berikan Tekanan Lembut pada Perut 

Cara berikutnya untuk mengecek usus buntu sendiri adalah dengan memberikan tekanan lembut pada area perut kanan bawah. 

Jika nyeri justru terasa lebih tajam saat tekanan dilepaskan, hal ini bisa menjadi tanda nyeri tekan rebound, yang sering muncul pada kasus usus buntu.

Menariknya, menekan sisi kiri perut juga kadang menimbulkan rasa sakit di sisi kanan bawah, yang menjadi tanda tidak langsung dari adanya peradangan.

3. Coba Regangkan Pinggul 

Beberapa orang mengalami posisi apendiks yang berada di belakang usus besar. Jika ini terjadi, nyeri bisa terasa saat otot psoas tertekan. 

Coba luruskan kaki kanan Anda ke belakang atau putar sedikit ke arah luar. Bila gerakan ini menimbulkan nyeri di perut kanan bawah, hasilnya bisa menunjukkan tanda psoas. Sebaliknya, bila nyeri muncul saat kaki diputar ke dalam, itu disebut tanda obturator. 

Cara ini cukup efektif untuk membantu mengecek usus buntu sendiri, meski sebaiknya tetap dikonfirmasi oleh tenaga medis untuk memastikan teknik pemeriksaan sudah tepat.

4. Perhatikan Perubahan Buang Air Besar dan Kecil 

Peradangan usus buntu dapat memengaruhi saluran pencernaan dan kemih. Anda mungkin mengalami sembelit, sulit buang gas, atau justru diare karena usus besar terganggu. 

Beberapa orang juga merasa lebih sering atau lebih mendesak untuk buang air kecil. Jika perubahan ini disertai nyeri perut kanan bawah, ada baiknya Anda waspada dan segera memeriksakan diri ke dokter setelah mencoba cara mengecek usus buntu sendiri.

5. Kenali Gejala Lainnya

Selain nyeri perut, ada beberapa gejala umum lainnya yang perlu diperhatikan, seperti:

  • Demam ringan yang bisa meningkat seiring waktu.
  • Hilangnya nafsu makan.
  • Mual atau muntah.
  • Tubuh terasa lemas dan tidak berenergi.

Jika gejala-gejala ini muncul bersamaan dengan nyeri khas di perut kanan bawah, kemungkinan besar usus buntu sedang meradang.

Cara Mendiagnosis Usus Buntu di Dokter 

Meski ada cara mengecek usus buntu sendiri, Anda tetap perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh ke dokter untuk memastikan kondisi secara akurat. 

Pemeriksaan medis sangat penting karena gejala usus buntu sering kali mirip dengan gangguan pencernaan lain. 

Berikut beberapa langkah yang biasanya dilakukan dokter dalam mendiagnosis penyakit usus buntu:

1. Pemeriksaan Gejala oleh Tenaga Kesehatan

Langkah pertama yang dilakukan dokter adalah menanyakan secara detail keluhan yang Anda rasakan, seperti lokasi nyeri, kapan mulai terasa, dan gejala lain yang menyertainya. 

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan area perut untuk mencari tanda khas usus buntu, seperti nyeri saat ditekan atau otot perut yang menegang.

Jika gejala yang Anda tunjukkan sesuai dengan profil khas usus buntu, dokter mungkin langsung bisa menegakkan diagnosis. 

Namun, jika gejalanya tidak terlalu jelas, pemeriksaan lanjutan akan dibutuhkan untuk memastikan penyebabnya.

2. Tes Peradangan Usus Buntu

Selain pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes tambahan. Tes darah dilakukan untuk melihat tanda peradangan, seperti peningkatan jumlah sel darah putih atau kadar protein C-reaktif (CRP) yang tinggi. Hasil ini membantu mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh.

Kemudian, dokter dapat melakukan pemeriksaan pencitraan seperti USG perut atau CT scan untuk melihat apakah apendiks membengkak atau meradang. 

Dalam beberapa kasus, dokter juga mungkin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dengan gejala serupa.

Apakah Radang Usus Buntu Bisa Sembuh Sendiri?

Kemungkinan radang usus buntu sembuh sendiri sangat kecil. Dalam kasus tertentu, radang usus buntu bisa mereda jika penyebab utamanya hilang secara alami. 

Misalnya, jika sumbatan di dalam apendiks terlepas dan keluar melalui usus, atau jika infeksi yang memicu pembengkakan di jaringan limfoid apendiks membaik dengan sendirinya.

Namun, kondisi seperti ini jarang terjadi. Anda tidak disarankan menganggap nyeri usus buntu akan sembuh sendiri, meskipun rasa sakitnya mulai berkurang. 

Walau rasa sakitnya mereda, bisa jadi peradangan masih berlangsung di dalam, dan jika dibiarkan, apendiks berisiko pecah dan menyebabkan infeksi serius di rongga perut (peritonitis). 

Karena itu, jika Anda mencurigai ada tanda-tanda radang usus buntu yang disebutkan di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter.

Cara Mengatasi Usus Buntu

Usus buntu termasuk kondisi gawat darurat yang perlu segera ditangani di rumah sakit. 

Penanganan biasanya melibatkan kombinasi antara pengobatan dan tindakan bedah, tergantung tingkat keparahan peradangannya.

1. Mengonsumsi Antibiotik 

Hampir semua penderita usus buntu akan membutuhkan antibiotik. Meskipun awalnya tidak ada infeksi, peradangan usus buntu umumnya akan menimbulkan infeksi jika dibiarkan. 

Pemberian antibiotik juga menjadi langkah standar sebelum operasi untuk mencegah komplikasi.

Dalam kasus yang sangat ringan dan terdeteksi sejak dini, dokter mungkin mencoba metode wait and see (pantau dan tunggu) dengan memberikan antibiotik tanpa operasi. Pendekatan ini bisa dipertimbangkan bagi pasien dengan risiko tinggi bila menjalani pembedahan.

Namun, metode ini jarang direkomendasikan karena radang usus buntu memiliki kecenderungan kambuh jika apendiks tidak diangkat. 

Selain itu, pasien juga akan diberikan obat pereda nyeri melalui infus agar tetap nyaman selama masa perawatan.

2. Operasi (Apendektomi)

Saat diagnosis usus buntu sudah dipastikan, tindakan operasi sebaiknya dilakukan secepatnya, idealnya dalam waktu 24 jam setelah diagnosis. 

Hal ini penting karena apendiks bisa pecah dalam waktu sekitar 36 jam sejak gejala pertama muncul.

Operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi) merupakan prosedur yang umum dilakukan di seluruh dunia. 

Saat ini, banyak dokter menggunakan teknik laparoskopi yang bersifat minimal invasif, sehingga luka operasi lebih kecil dan masa pemulihan lebih cepat.

Jika selama operasi ditemukan komplikasi seperti infeksi atau apendiks yang sudah pecah, dokter mungkin perlu melakukan pembersihan rongga perut dengan cairan steril dan menggunakan metode operasi terbuka untuk mengatasinya.

Menariknya, tidak ada efek samping jangka panjang dari pengangkatan usus buntu. Fungsi organ ini dianggap tidak terlalu penting, jika pun ada, hanya berperan kecil dalam membantu sistem kekebalan tubuh di masa kanak-kanak.

Mengetahui cara mengecek usus buntu sendiri bisa membantu Anda mengenali gejalanya lebih awal sebelum kondisi menjadi parah. Namun, hasil pengecekan mandiri tidak selalu akurat. 

Jika Anda mengalami nyeri perut yang tidak kunjung reda, disertai demam, mual, atau perut terasa tegang, segera periksakan diri ke dokter. 

Deteksi dini dapat mencegah komplikasi serius, termasuk pecahnya usus buntu yang bisa membahayakan nyawa.

Yuk, terus jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan beli suplemen dan obat dari Pyfa Health!

Share this post


Best Seller Products

has been added to your cart.
Checkout